Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara
biasanya dihitung berdasarkan pertumbuhan ril dari GDP negara tersebut, yakni
seberapa besar GDP negara bertambah secara ril dari tahun ke tahun. Pertumbuhan
ini dihitung dengan cara membagi nilai dari output suatu sektor ekonomi pada
tahun tertentu dengan nilai output sektor tersebut pada tahun sebelumnya dan
dikali 100 % kemudian dikurangi 100. Bila GDP mengalami pertumbuhan yang tinggi
berarti pendapatan masyarakat juga akan mengalami
pertumbuhan yang tinggi, terlepas
dari siapa atau kelompok mana dari masyarakat yang menerima pendapatan
tersebut.
Untuk dapat memahami lebih dalam
tentang GDP perhatikan Lampiran 1.1. GDP Indonesia menurut lapangan usaha
berdasarkan harga yang berlaku dan harga konstan.
Pengeluaran Agregat (Aggregate Spending)
Seperti diterangkan diatas bahwa GDP
dapat dihitung dari sisi pengeluaran aggregate (Aggregate Spending) pelaku
ekonomi dalam suatu negara. Pengeluaran aggreaget ini sama dengan Permintaan
Agregat karena konsekuensi dari permintaan adalah adanya pengeluaran oleh rumah
tangga, investor, pemerintah dan eksportir untuk membeli barang dan jasa.
Pengeluaran Aggregate dapat dikelompokkan atas empat komponen, yaitu:
a. pengeluaran konsumsi rumah
tangga,
b. pengeluaran invesatasi oleh
pengusaha (bisnis),
c. pengeluaran pemerintah, dan
d. permintaan luar negeri.
Berikut akan diuraikan satu persatu
dari komponen Agregat Demand atau Agregat Spending tersebut.
- Pengeluaran Konsumsi
Merupakan bagian terbesar dari
permintaan agregat yaitu berupa permintaan dari konsumen terhadap barang dan jasa
yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsumsi ini memegang peranan
penting dalam perekonomian menurut teori Keynesian karena akan menentukan
output dan pendapatan masyarakat suatu negara. Kontribusi konsumsi terhadap
pembentukan GDP di Indonesia diperkirakan sebesar 65% dari total GDP. Konsumsi
dapat dibagi atas tiga kategori yaitu barang tanah lama (durable goods) seperti
mobil, barang tidak tahan lama (nondurable goods), dan jasa (services). Dari
sisi asal barang maka barang dan jasa yang dikonsumsi oleh konsumen dalam
negeri terdiri dari barang produksi dalam negeri dan barang /jasa yang
diproduksi oleh negara lain yang diimport ke Indonesia. Dalam penghitungan GDP
angka import ini harus dikeluarkan dari angka GDP.
·
Pengeluaran Pemerintah
Yang termasuk dalam pengeluaran
pemerintah adalah semua pengeluaran pemerintah yang diperlukan agar roda
pemerintahan dapat berjalan dengan baik. Pengeluaran pemerintah ini tercantum
dalam Anggaran Belanja dan Pendapatan Nasional (APBN). Barang dan jasa yang dibeli
oleh pemerintah tidak dihitung nilai tambahnya (value added) seperti halnya
pada barang konsumsi karena barang dan jasa yang diproduksi oleh pemerinatah
pada umumnya adalah gratis. Pengeluaran pemerintah seperti uang pensiun
(transer of payment) tidak dihitung dalam GDP karena pengeluaran tersebut bukan
merupakan pembelian terhadap barang atau jasa yang baru diproduksi.
- Pengelauran Investasi
Investasi adalah tambahan terhadap
akumulasi modal (physical stock of capital) ditambah dengan perobahan persediaan
(inventory changes). Tetapi transaksi saham tidak termasuk dalam penambahan
stok modal. Jadi investasi adalah aktifitas yang bisa meningkatkan kemampuan
ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa dimasa mendatang. Contohnya adalah
pembelian barang investasi, peralatan, dan pembangunan rumah baru. Sewa dari
tumah tersebut dihitung sebagai konsumsi.
- Permintaan Ekspor Bersih (Net Export)
Komponen terakhir dari GDP adalah
net export yaitu selisih antara export dan import (X – M). Export merupakan GDP
dari dalam negeri karena merupakan barang atau jasa yang diproduksi di dalam
negeri, tetapi tidak dikonsumsi di dalam negeri. Barang ekspor akan dibeli atau
dikonsumsi oleh rumah tangga, investor, atau pemerintah negara asing sedangkan
import adalah barang yang diproduksi di luar negeri, berarti adalah GDP negara
asing.
METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN
NASIONAL
Ada tiga cara penghitungan pendapatan nasional, yaitu:
1) Metode Output (Output Approach)
2) Metode Pendapatan (Income Approach)
3) Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)
2) Metode Pendapatan (Income Approach)
3) Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)
1)
Metode Output (Output Approach) atau Metode Produksi
Menurut metode ini, PDB adalah total
output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Cara penghitungan
dalam praktik adalah dengan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor
produksi (industrial origin). Jumlah output masing-masing sektor merupakan
jumlah output seluruh perekonomian. Hanya saja, ada kemungkinan bahwa output
yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari output sektor lain. Atau
bisa juga merupakan input bagi sektor ekonomi yang lain lagi. Dengan kata lain,
jika tidak berhati-hati akan terjadi penghitungan ganda (double counting) atau
bahkan multiple counting. Akibatnya angka PDB bisa menggelembung beberapa kali
lipat dari angka yang sebenarnya. Untuk menghindari hal tersebut, maka dalam
perhitungan PDB dengan metode produksi, yang dijumlahkan adalah nilai tambah
(value added) masing-masing sektor.
Aktivitas produksi yang baik adalah aktivitas yang menghasilkan NT > 0. Dengan demikian besarnya PDB adalah:
Aktivitas produksi yang baik adalah aktivitas yang menghasilkan NT > 0. Dengan demikian besarnya PDB adalah:
2)
Metode Pendapatan (Income Approach)
Metode pendapatan memandang nilai
output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang
digunakan dalam proses produksi.
Kemampuan entrepreneur ialah kemampuan dan keberanian mengombinasikan tenaga kerja, barang modal, dan uang untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang modal adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang/aset finansial adalah pendapatan bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas seluruh faktor produksi disebut Pendapatan Nasional (PN).
Kemampuan entrepreneur ialah kemampuan dan keberanian mengombinasikan tenaga kerja, barang modal, dan uang untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang modal adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang/aset finansial adalah pendapatan bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas seluruh faktor produksi disebut Pendapatan Nasional (PN).
3)
Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)
Menurut metode pengeluaran, nilai PDB
merupakan nilai total dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut
metode ini ada beberapa jenis agregat dalam suatu perekonomian:
1) Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
2) Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
3) Pengeluaran Investasi (Investment Expenditure)
4) Ekspor Neto (Net Export)
1) Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
2) Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
3) Pengeluaran Investasi (Investment Expenditure)
4) Ekspor Neto (Net Export)
1)
Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa yang habis dalam tempo setahun atau kurang (durable goods) maupun barang yang dapat dipakai lebih dari setahun/barang tahan lama (non-durable goods).
Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa yang habis dalam tempo setahun atau kurang (durable goods) maupun barang yang dapat dipakai lebih dari setahun/barang tahan lama (non-durable goods).
2)
Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
Yang masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir (government expenditure). Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah.
Yang masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir (government expenditure). Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah.
3)
Pembentukan Modal Tetal Domestik Bruto (Investment Expenditure)
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) merupakan pengeluaran sektor dunia usaha. Yang termasuk dalam PMTDB adalah perubahan stok, baik berupa barang jadi maupun barang setengah jadi.
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) merupakan pengeluaran sektor dunia usaha. Yang termasuk dalam PMTDB adalah perubahan stok, baik berupa barang jadi maupun barang setengah jadi.
4) Ekspor Neto (Net Export)
Yang dimaksud dengan ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan impor. Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daipada impor. Perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan transaksi dengan perekonomian lain (dunia).
Masalah dan keterbatasan perhitungan
PDB
Semua negara di dunia menghitung PDB
untuk kinerja perekonomiannya. Walaupun begitu , data PDB perlu dilihat secara
hati-hati karena ada beberapa hal yang tidak dapat diakomodasikan sehingga
tidak dapat menjadi satu-satunya indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan
suatu negara .
Masalah PDB
Permasalahan PDB terletak pada
pembandingan tingkat kemakmuran atau kesejahteraan suatu negara dari tahun ke
tahun , akan terjadi bias jika kita salah menggunakan perhitungan PDB .
Keterbatasan Perhitungan PDB
PDB tidak memasukan memasukan
transaksi yang terjadi pada “underground economy” (perekonomian bawah tanah).
Perekonomian seperti sektor informal atau sektor illegal seperti penjualan
narkoba , dan sektor lain yang sulit tercatat oleh negara tidak masuk dalam
perhitungan PDB . Ini menyebabkan nilai PDB cenderung dapat undervalued (lebih
rendah) dari yang seharusnya .
PDB tidak selalu mencerminkan ukuran kesejahteraan sosial suatu negara
PDB hanya mngukur berapa banyak output yang diproduksi di suatu negara dan bagaimana sturktur serta perkembangannya antarwaktu . Untuk mengukur kemakmuran suatu negara , PDB merupakan indikator yang cukup baik . Akan tetapi , kesejahteraan suatu negara lebih kompleks dari hanya sekedar pendapatan yang tinggi . Beberapa indikator untuk menunjukan tingkat kesejahteraan adalah tingkat pengangguran , tingkat kematian ibu dan bayi , angka harapan hidup , tingkat buta huruf , dan lain-lain perlu diperhatikan juga .
PDB tidak selalu mencerminkan ukuran kesejahteraan sosial suatu negara
PDB hanya mngukur berapa banyak output yang diproduksi di suatu negara dan bagaimana sturktur serta perkembangannya antarwaktu . Untuk mengukur kemakmuran suatu negara , PDB merupakan indikator yang cukup baik . Akan tetapi , kesejahteraan suatu negara lebih kompleks dari hanya sekedar pendapatan yang tinggi . Beberapa indikator untuk menunjukan tingkat kesejahteraan adalah tingkat pengangguran , tingkat kematian ibu dan bayi , angka harapan hidup , tingkat buta huruf , dan lain-lain perlu diperhatikan juga .
PDB tidak mencerminkan pemerataan
pendapatan. Nilai PDB suatu negara tidak dapat menunjukan apakah pendapatan
nasional tersebut terbagi secara merata diantara penduduknya atau tidak .
Bebarapa negara mengalami ketimpangan ekonomi yang besar dengan sebagian kecil
penduduk menikmati sebagian besar PDB . Beberapa indikator lain perlu digunakan
untuk melengkapi data PDB yang menunjukan ketimpangan yang terjadi, salah
satunya adalah Koefisien Gini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar