Selasa, 02 November 2010

DAMPAK BANJIR DI MASYARAKAT

Masalah banjir berdampak sangat luas terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu upaya untuk mengatasinya harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan pembangunan yang menyeluruh dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehubungan dengan paradigma baru dalam melaksanakan pembangunan yang dikaitkan dengan penyelenggaraan otonomi daerah, terjadinya krisis ekonomi serta berbagai permasalahan yang ada, semakin meningkatkan bobot dan kompleksitas permasalahan yang dihadapi. Sehubungan dengan itu diperlukan penyempurnaan terhadap kebijakan, strategi dan upaya penanganan masalah banjir yang telah ada, baik yang menyangkut aspek-saspek teknis maupun nonteknis. Berbagai fenomena bencana khususnya banjir merupakan indikasi yang kuat terjadinya ketidakselarasan dalam pemanfaatan ruang, yakni antara manusia dengan kepentingan ekonominya dan alam dengan kelestarian lingkungannya.
Beberapa istilah dan pengertian teknis yang perlu dimengerti dan dipahami oleh masyarakat:
1.       Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah dimana air meresap dan / atau mengalir melalui sungai dan anak-anak sungai yang bersangkutan.
2.       Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai.Bencana alam banjir yang silih berganti yang terjadi di suatu daerah merupakan salah satu dampak negative kegiatan manusia pada suatu DAS. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kegiatan manusia menyebabkan DAS gagal menjalankan fungsinya sebagai penampung air hujan, penyimpanan air.
Bencana banjir disebabkan akibat ulah manusia atau akibat dari hujan yang berkepanjangan. Penyebab yang paling utama dari bencana banjir adalah curah hujan yang tinggi. Penebangan hutan dapat menyebabkan banjir karena lahan yang terbuka atau lahn gundul tidak dapat menahan air hujan. Akibatnya debit aliran akan melebihi daya tamping sehingga meluap sehingga mengakibatkan banjir. Akibat hujan yang aliran airnya melalui hutan – hutan gundul daerah yang kurang tanaman di permukaan bumi sebagai daya serap air maka timbulah banjir. Selama terjadi pemindahan dan perubahan panjang lembah sungai hasil pengendapan sedimen pada bekas aliran yang di tinggalkan akan membentuk suatu lengkungan dataran yang luas,yang di sebut dataran banjir. Dataran banjir ini merupakan daerah yang sering tergenang air pada saat terjadi banjir. Luas daerah dataran banjir dapat jauh lebih besar dari alur sungainya sendiri. Ada beberapa penyebab banjir salah satunya adalah karena aktivitas manusia. Anatara lain adalah sebagai berikut :
1.        Penggundulan hutan
2.       Pemukiman yang berada di bantaran sungai
3.       Urbanisasi
4.       Sistem pengelolaan air atau sistem drainase yang buruk

Penyebab terjadinya bencana banjir akibat alam sendiri secara umum dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) hal, yakni:
1.       Kondisi alam yang bersifat statis, seperti kondisi geografi, topografi, dan karakteristik sungai
2.       Peristiwa alam yang bersifat dinamis, seperti : perubahan iklim, pasang surut, sedimentasi, dan sebagainya
3.       Aktivitas sosial-ekonomi manusia yang sangat dinamis, seperti penggundulan hutan, konversi lahan pada kawasan lindung, pemanfaatan sempadan sungai/saluran untuk permukiman, pemanfaatan wilayah retensi banjir, perilaku masyarakat, keterbatasan prasarana dan sarana pengendali banjir dan sebagainya.
Genangan yang terjadi sehubungan dengan aliran di saluran drainase akibat hujan setempat yang terhambat masuk ke saluran induk dan atau ke sungai, sering juga disebut banjir

Terjadinya bencana banjir dapat dikurangi dengan cara sebagai berikut :
1.       Melakukan reboisasi atau penghijaun kembali terhadap hutan yang gundul
2.       Pengerukan lumpur dan sampah dari sungai
3.       Membuat bendungan
4.       Memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya memelihara lingkungan
5.       Pembuatan sumur resapan
6.       Memperbanyak lahan terbuka yang ditanami pepohonan
7.       Pembuatan teras- teras dan gundukan pada lahan miring
8.       Pembuatan tanggul – tanggul di pinggir sungai
9.       Kerja bakti pelurusan sungai
10.   Pembuatan sistem saluran air
11.   Di kawasan perkotaan dibuat kanal- kanal sungai, selokan air
12.   Meningkatkan kesadaran penduduk dalam upaya memelihara lingkungan hidup
Dalam upaya pengembangan dan pemanfaatan sumber daya air pada satuan –satuan wilayah sungai merupakan input yang penting untuk :
1.       Menjamin terjadinya keseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan air baku bagi berbagai kegiatan sosial-ekonomi melalui pengaturan jenis dan intensitas pemanfaatan ruang
2.       Menjamin berlangsungnya fungsi-fungsi hidrologis melalui penetapan kawasan-kawasan berfungsi lindung sehingga kontinuitas ketersediaan air pada musim kemarau dapat terjaga, sementara resiko terjadinya bencana dapat diminimalkan
3.       Mencegah terjadinya konflik pemanfaatan potensi sumber daya air antar sektor maupun antar wilayah, dimana penataan ruang berfungsi sebagai landasan pelaksaaan koordinasi dan kerjasama pembangunan.

KEHIDUPAN DI MASYARAKAT

Dalam era globalisasi sekarang ini, sosialisasi berlangsung terus-menerus tanpa henti pada tiap-tiap kelompok yang ada dalam pergaulan hidup.Dalam hal inilah kita bisa mengenali dengan nilai dan norma yang adadalam masyarakat.Dengan adanya nilai dan normasecara dini, diharapkan setiap individunya dapat berinteraksi dengan sebaik-baiknya. Maka dengan itu terciptalah hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat sekitar yang lainnya.
Masyarakat dalam pengertiannya merupakan kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi satu sama lain menurut suatu adat tertentu yang bersifat terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Dalam hal demikianya masyarakat mempunyai ciri dan khas pribadi tertentu yang dimiliki diri sendiri.Adapun aturan-aturan dan undang-undang yang mengatur setiap manusia menuju kepada kepentingan dan tujuan hidup mereka. Masyarakat menempati tinggal dalam waktu yang lama dan menempati suatu daerah tertentu yang bisa disebut sebagai habitat. Satu sama lain masyarakat mempunyai adanya interaksi yang saling berketergantungan. Adanya pola dan ikatan pada tingkah laku yang ada dalam setiap kehidupan masyarakat yang dimiliki.
Masyarakat bukanlah hanya sekedar dari manusia sekumpulan dari bagian manusia belaka. Tetapi setiap anggota masyarakat mempuunyai hubungan atau ikatan pertalian satu sama lainnya, serta paling tidak sebagai anggota masyarakat saling mempunyai kesadaraan terhadap keberadaan angota masyarakat lainnya. kesadaraan inilah yang bisa membuat adanya perubahan dalam suatu organisasi yang ada.Kesadaran yang baik akan membawa dampak dan hasil yang baik juga. Jadilah salah satu masyarakat yang mempunyai kepribadian yang baik. sehingga hasil dan manfaat dapat dirasakan bagi kehidupan yang lainnya.

PEMBAGIAN KERJA DALAM MASYARAKAT

Meskipun teknologi baru di bidang pertanian, seperti pupuk, bibit unggul, insektisida dan lain-lain memperluas kesempatan kerja kepada masyarakat tetapi belum juga mampu menyerap pertambahan tenaga kerja, akibat pertumbuhan penduduk melaju dengan cepat. Dengan demikian dapat dimengerti, mengapa arus urbanisasi berjalan terus menerus dan tak mungkin dapat dihindari. Dalam arus urbanisasi yang paling banyak terlibat ialah golongan usia muda, karena secara obyektif mereka mencita-citakan perbaikan hidup di masa mendatang yang panjang dan disertai dengan keberanian mengambil resiko. Menurut catatan sensus 1971, penduduk yang tinggal di desa ada 82,6%, sisanya yakni 17,4% ada di perkotaan .
                Konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan akibat bertambahnya jumlah penduduk adalah lahirnya tenaga kerja. Basar kecilnya angkatan kerja sangat tergantung pada tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Semakin tinggi tingkat kelahiran dan rendahnya tingkat kematian maka ketersediaan tenaga kerja cenderung meningkat. Masalahnya, sejauh mana kesempatan kerja tersedia untuk menampung tenaga kerja yang melimpah. Apa yang terlihat selama ini, perluasan kesempatan kerja itu berjalan seret, tidak mengimbangi lajunya kenaikan jumlah tenaga kerja sehingga tidak dapat dihindarkan munculnya kaum pengangguran, bila yang sifatnya terbuka maupun yang tersembunyi.
                Masalah kesempatan kerja tidak dapat dipisahkan dari pembangunan bidang lain, sehingga dalam pemecahannya harus dikaitkan dengan melihat latar belakang semua bidang lain yang melingkupinya. Oleh karena itu, hambatan perluasan kesempatan kerja ini harus dikaitkan dengan ketimpangan struktur kependudukan dan ekonomi pada masa lampau. Demikian pula untuk masa-masa yang akan datang, diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang situasi masa lampau dan masa kini

PENDIDIKAN DI MASYARAKAT

Pendidikan bukan makanan asing bagi masyarakat. Tingkatan pendidikan formal yang sering terdengar di telinga masyarakat mulai dari playgroup hingga jenjang perguruan tinggi. Tidak hanya pendidikan formal, pendidikan informal seperti modeling, teater, sekolah sepak bola, juga mulai menjamur di masyarakat. Keanekaragaman pendidikan ditawarkan kepada masyarakat, tinggal mana yang tepat untuk masa depan anak-anak.Pola pikir akan pendidikan antara masyarakat perkotaan dengan pegunungan jelas berbeda. Hal ini diperkuat dengan kondisi geografis antar keduanya. Di perkotaan yang cenderung berada di dataran rendah sedangkan pegunungan umumnya di daerah dataran tinggi. Perbedaan geografis ini berpengaruh terhadap kecenderungan orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.
Sebagai contoh Kota Salatiga, kota kecil dihimpit dua kota besar di Indonesia, Semarang dan Solo. Salatiga terletak didaerah dataran rendah ditengah Pegunungan Merbabu dan Telomoyo, Jawa Tengah. Mempunyai lebih dari 2 playgroup, 10 taman kanak-kanak, 15 sekolah dasar, 10 sekolah menengah pertama, 3 sekolah menengah atas, 3 sekolah menengah kejuruan, beberapa madrasah tsanawiyah (setingkat dengan smp) dan madrasah aliyah (setingkat sma), 3 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.Sedangkan di Desa Nogosaren, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang yang secara geografis terletak di daerah dataran tinggi, tepat di bawah pemancar yang ada di puncak Gunung Telomoyo. Desa ini hanya memiliki 1 taman kanak-kanak dan 1 sekolah dasar. Kecamatan Getasan sendiri terdapat kurang lebih 15 Desa.
Melihat deskripsi wilayah dari kedua wilayah yang berbeda di atas tampak terlihat dari segi kuantitas wadah pendidikan. Kecenderungan ini merupakan salah satu penyebab kurangnya minat akan pendidikan di daerah Desa Nogosaren. Penyebab lain juga terlihat dari segi geografis lingkungan tempat tinggal, Desa Nogosaren yang cenderung memiliki topografi curam berlembah sedangkan di Salatiga dengan topografi yang cenderung datar. Kondisi topografi bisa menjadi faktor yang bisa mempengaruhi pendidikan. Untuk menuju Sekolah Dasar Nogosaren, anak-anak harus menempuh perjalanan hampir 3 km dengan kondisi jalan yang curam dan naik turun. Sampai di sekolah anak-anak terlihat lesu dan kelelahan karena menempuh perjalanan cukup jauh dan berliku, sehingga materi pelajaran kurang bisa diserap secara maksimal oleh siswa-siswi. Masyarakat di Desa Nogosaren sendiri rata-rata memiliki riwayat pendidikan SD hingga SMP. Di Dusun Karang Bawang Desa Nogosaren sendiri hanya ada 1 anak yang masih aktif duduk di bangku SMK, dari 8 anak yang seharusnya duduk di bangku sekolah menengah atas, dan ada 1 yang pernah mengalami menjadi mahasiswa namun berhenti dengan alasan ekonomi dan keluarga ( Darno, Kadus Karang Bawang Desa Nogosaren).
Jika dilihat dari mata pencaharian masyarakat Salatiga dan Nogosaren sendiri terdapat suatu perbedaan yang memungkinkan adanya pengaruh terhadap pola pikir masyarakat akan pentingnya pendidikan. Di Salatiga sendiri cenderung memiliki pekerjaan yang beragam, dari wiraswasta, karyawan, pegawai, peternakan, sampai ke pertanian ditekuni masyarakat. Dari sini memperlihatkan arus likuiditas keuangan sangat cepat terjadi. Banyaknya wadah lembaga keuangan seperti bank, koperasi, pegadaian memungkinkan masyarakat untuk melakukan pinjaman berjangka guna memenuhi pendidikan bagi putra-putrinya. Lingkungan juga merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dipungkiri terkait dengan pendidikan. Masyarakat kota yang setiap hari melihat kapitalis antar sesama, persaingan dalam memenuhi kebutuhan, sehingga muncul pemikiran untuk menekankan pendidikan sebagai hal utama bagi putra-putrinya.
Lain dengan di Desa Nogosaren, dimana mayoritas mata pencaharian masyarakat adalah peternak sapi perah dan selain itu dengan bertani di ladang. Rata-rata di tiap kepala keluarga memiliki dua sampai enam sapi. Sangat menggiurkan jika setiap panen susu dengan tiga sapi bisa mencapai 30-40 liter per hari, dengan harga 2600 rupiah per liternya (Darno, Kadus Karang Bawang Desa Nogosaren). Sungguh nilai yang tidak sedikit jika diakumulasikan selama satu bulan, hampir 2,5 juta rupiah didapatkan dari hasil penjualan susu tersebut. Nilai yang sebanding dengan masyarakat perkotaan yang kesehariannya sebagai karyawan. Meskipun aspek financial yang mencukupi tidak membuat masyarakat Nogosaren terutama di Dusun Karang Bawang untuk menyekolahkan putra-putrinya ke jenjang yang lebih tinggi. Pemikiran tradisional masih melekat di benak khalayak warga, dimana pendidikan tinggi belum tentu akan membawa dampak positif bagi keluarga toh akhirnya akan kembali juga menjadi peternak sapi perah (Darno, Kadus Karang Bawang Desa Nogosaren).
Realita yang terjadi di perkotaan dan pegunungan terkait dengan pendidikan memang menjadikan maklum bagi sebagian khalayak. Aspek geografis wilayah dan pemikiran dari masing-masing wilayah juga berpengaruh terhadap statement tentang pendidikan itu penting. Kesenian, adat istiadat, budaya, gaya hidup antara masyarakat perkotaan dan pegunungan boleh berbeda namun apakah pendidikan juga harus berbeda ? Mengutip dari Undang-Undang Dasar Negara 1945 Pasal 31 Ayat 1 tentang, ”setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Tertanamkah pasal ini di benak khalayak masyarakat ? Siapa yang seharusnya melakukan evaluasi terkait dengan dilema pendidikan di masyarakat ?.

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN KONSERVASI LERENG SELATAN GUNUNG MERAPI

Berdasarkan adat-istiadat lokal (setempat) yang diwariskan turun temurun dan telah berlangsung ratusan tahun . Serta adanya kepercayaan setempat yang yang mengakui adanya hubungan imaginer antara Kasultanan Yogyakarta dengan Gunung Merapi. Maka dapat dipahami bahwa keterlibatan masyarakat dengan kawasan hutan lereng selatan Merapi adalah sedemikian erat serta sudah menjadi bagian hidup sehari-hari yang tidak dapat dipisahkan. Pengalaman hidup berdampingan dengan kawasan Gunung Merapi yang termasuk salah satu gunung api teraktif di dunia telah memberikan banyak pengetahuan dan ketrampilan masyarakat untuk bertahan hidup disana.
Sedemikan dalam hubungan interaktif antara kawasan hutan dengan masyarakat, maka berdasarkan atas kejadian/peristiwa yang telah mereka alami  telah muncul kesadaran dalam diri untuk berperan dalam kegiatan :
1.       Mengamankan kawasan hutan dari kebakaran hutan
2.       Melindungi tanaman hutan pada saat pengambilan rumput
3.       Terlibat langsung pada kegiatan reboisasi hutan dari mulai kegiatan persiapan lahan,  pemasangan ajir, pembuatan lubang tanam, angkut bibit sampai penanaman.
4.       Melakukan kegiatan penambangan pasir pada kawasan penyangga taman nasional dengan mengikuti kaidah yang benar.
5.       Sebagai penangkar beberapa jenis tanaman yang dilindungi antara lain species anggrek khas/endemik lereng Gunung Merapi yaitu Vanda Tricolor