Selasa, 01 November 2011

KEPEMIMPINAN DAN TOKOH PEMIMPIN OPER LEADER SHIP


Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas – Field Manual 22-100.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan.

Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
- Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
- Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.



TOKOH PEMIMPIN OPER LEADER SHIP


Prof. Dr. H. Amien Rais (lahir di Solo, Jawa Tengah, 26 April 1944; umur 67 tahun) adalah politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Ketua MPR periode 1999 - 2004. Jabatan ini dipegangnya sejak ia dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999 pada bulan Oktober 1999.Namanya mulai mencuat ke kancah perpolitikan Indonesia pada saat-saat akhir pemerintahan Presiden Soeharto sebagai salah satu orang yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan Pemerintah. Setelah partai-partai politik dihidupkan lagi pada masa pemerintahan Presiden Habibie, Amien Rais ikut mendeklarasikan Partai Amanat Nasional (PAN). Ia menjabat sebagai Ketua Umum PAN dari saat PAN berdiri sampai tahun 2005.

Sebuah majalah pernah menjulukinya sebagai "King Maker". Julukan itu merujuk pada besarnya peran Amien Rais dalam menentukan jabatan presiden pada Sidang Umum MPR tahun 1999 dan Sidang Istimewa tahun 2001. Padahal, perolehan suara partainya, PAN, tak sampai 10% dalam pemilu 1999. Amien Rais lahir di Solo, 26 April 1944, dari sebuah keluarga yang sangat taat dalam menjalankan agamanya. Suhud Rais, ayahnya, adalah lulusan Mu’allimin Muhammadiyah dan semasa hidupnya bekerja sebagai pegawai kantor Departemen Agama. Sang ibu, Sudalmiyah, adalah alumni Hogere Inlandsche Kweek¬school [HIK] Muhammadiyah, kemudian menjadi aktivis Aisyiyah dan pernah menjabat sebagai ketuanya di Surakarta selama dua puluh tahun.

Sudalmiyah juga dikenal sebagai seorang guru yang ulet. Ia mengajar di Sekolah Guru Kepandaian Putri [SGKP] Negeri dan Sekolah Bidan Aisyiyah Surakarta. Karena prestasinya di dunia pendidikan, pada tahun 1985, Sudalmiyah mendapat gelar Ibu Teladan se-Jawa Tengah. Ia juga aktif di partai politik Masyumi ketika masa jayanya pada tahun 1950-an. Kakek Amien Rais, Wiryo Soedarmo, adalah salah seorang pendiri Muhammadiyah di Gombong, Jawa Tengah. Jadi, Amien Rais dilahirkan dari keluarga yang sangat kental warna Muhammadiyahnya.

Amien merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Kakaknya adalah Fatimah, dan empat adiknya adalah Abdul Rozak, Achmad Dahlan, Siti Aisyah, dan Siti Asyiah. Mereka tumbuh dan dibesarkan di kampung Kepatihan Kulon. Sejak kecil mereka sudah dilatih disiplin oleh sang ibu. Bila Amien kecil melanggar, sang ibu tidak segan-segan menghukumnya. Mereka harus bangun pukul 04.00 WIB setiap pagi. Caranya dengan meletakkan jam weker di dekat tempat tidur. Dan ketika bangun, mereka diminta untuk mengucapkan “ashalatu khairum minan naum” dengan suara keras sehingga terdengar sang ibu. Sang ibu biasanya memberikan imbalan berupa uang 50 sen. Uang tersebut lalu mereka tabung, untuk dibelikan baju baru menjelang lebaran.

Walaupun tegas, tetapi sang ibu tidak pernah memaksakan kehendaknya. Anak-anaknya dibiarkan tumbuh secara alami, sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing. Hanya saja, pesan sang ibu yang tak pernah putus adalah mengingatkan mereka bahwa haki¬kat hidup adalah ibadah. Yang terus diingat Amien, ketika ibunya berkata, “Ingat Mien, berkemah pun ibadah.”

Dalam berbagai kesempatan, Amien Rais secara terus terang mengakui bahwa ibunyalah yang sangat mempengaruhi karakternya yang lugas tanpa basa-basi. Sampai kini Amien masih menempatkan ibunya sebagai konsultannya dan tempat pelipur lara. Mana kala ia meng¬hadapi situasi atau persoalan pelik, ia selalu pulang ke Solo menemui sang ibu untuk meminta pendapatnya, atau sekadar untuk menghindari kejaran wartawan yang pantang ia tolak. Setiap Idul Fitri ia beserta semua saudaranya juga berkumpul di rumah sang ibu. Menurut Amien, hingga usia 80-an, ketegasan dan kejernihan berpikir Ibunya masih tetap seperti dulu. Ibunda Amien Rais wafat hari Jumat, 14 September 2001 di Solo, Jawa Tengah, dalam usia 89 tahun.

Sewaktu masih duduk di bangku SD, Amien kecil bercita-cita ingin menjadi walikota. Cita-cita ini sangat dipengaruhi oleh kekagumannya pada Muhammad Saleh yang menjabat Walikota Solo waktu itu. Muhammad Saleh adalah seorang muslim yang taat. Ia sering memberikan pengajian di Balai Muhammadiyah Solo. Walikota asal Madura ini sangat dihormati dan dicintai oleh rakyatnya. Namun setelah SMA, cita-cita Amien berubah. Ia ingin jadi duta besar. Mungkin cita-cita ini yang ikut mempengaruhinya untuk memilih jurusan hubungan internasional ketika memasuki perguruan tinggi.

Prinsip hidup yang jadi pegangannya diakuinya sangat sederhana, yaitu mencari ridha dan ampunan Allah. Untuk mencapainya, orang harus berbicara dan berbuat apa adanya. “You are what you are,” katanya suatu ketika. Ia membagi kebahagiaan menjadi tiga jenis, yaitu kebahagiaan spiritual, kebahagiaan intelektual, dan kebahagiaan psikologis. Kebahagiaan spiritual diperoleh dengan cara menjalani hidup sesuai dengan rel agama. Kebahagiaan intelektual diperoleh dengan cara memberikan konstribusi pemikiran kepada masyarakat. Sedangkan kebahagiaan psikologis didapatnya bila ia bisa berbuat atau menolong orang lain.

Amien Rais menikah pada 9 Februari 1969, dengan seorang gadis yang sudah dikenalnya sejak mereka masih sama-sama kanak-kanak, Kusnasriyati Sri Rahayu. Selama sepuluh tahun pertama pernikahannya ia belum dikaruniai anak, meskipun ia sudah berkonsultasi dengan banyak dokter spesialis kandungan di Solo, Yogya, bahkan ketika berada di Chicago. Sampai suatu saat mereka berdua mendapat kesempatan naik haji ke Makkah. Di depan Ka’bah mereka berdua memanjatkan doa, memohon kepada Allah agar memenuhi keinginan mereka akan keturunan. Waktu itu mereka sedang melakukan penelitian di Mesir. Setelah kembali ke Kairo, dua bulan lebih sang istri tidak dikunjungi tamu rutin bulanan. Bahkan ada yang aneh: perutnya terasa gatal-gatal. Akhir¬nya mereka sepakat untuk pergi ke dokter kandungan. Dan hasilnya positif, sang istri dinyatakan hamil. Bagi mereka berdua, kejadian itu merupakan mukjizat dan karunia Allah semata. Setelah anak yang pertama lahir, selanjutnya setiap dua tahun sang istri hamil lagi. Kini mereka sudah dikaruniai lima orang anak, tiga putra dan dua putri. Nama-nama mereka diambil dari Al Qur’an dan dikaitkan dengan kenangan dan peristiwa yang menyertai kelahirannya. Yang pertama diberi nama Ahmad Hanafi, kemudian Hanum Salsabiela, Ahmad Mumtaz, Tasnim Fauzia, dan yang terakhir Ahmad Baihaqy.

Kusnasriyati adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Untuk mengisi kesibukannya, ia mendirikan Taman Kana¬k-Kanak [TK] di sebelah rumahnya. Karena ketekunannya, TK ini kemudian menjadi besar dan terkenal. Ia juga membuka kedai sederhana yang diminati banyak mahasiswa. Dilihat dari penampilannya yang sederhana, termasuk gaya bicara yang sederhana, ia tidak beda dengan ibu rumah tangga lainnya. Tetapi, di mata Amien Rais, ia adalah wanita luar biasa.
Keberanian dan ketegaran yang dimiliki Amien Rais ternyata tidak lepas dari peran sang istri. Suatu saat, ketika diinterviu seorang wartawan Jepang, saya melihat dengan nada bangga Amien Rais mengatakan, “Istri saya mungkin merupakan wanita terbaik se-Asia Tenggara.” Komentar tersebut mungkin terasa berlebihan bagi kebanyakan orang, tapi tidak bagi Amien Rais. Ia pernah menceritakan kepada saya bahwa ketika studi di Chicago, karena beratnya beban kuliah yang dihadapi, hampir saja ia putus asa. Untung ada sang istri yang terus-menerus memompa semangatnya.
Begitu juga ketika ia merasa lelah saat melawan Orde Baru, istrinya tidak pernah lelah untuk membangunkan kembali spiritnya. Sampai-sampai ia pernah mengomentari istrinya sebagai sumber inspirasi dan motivasinya. Bahkan menjelang tumbangnya Soeharto, sempat tersebar isu bahwa Amien Rais akan ditangkap. Ia kemudian memberi tahu sang istri tentang berita buruk yang akan menimpanya. Dengan nada tegar sang istri menjawab, “Insya Allah ini akan mempercepat kejatuhan Rezim Soeharto.”

Bila Allah mengaruniainya umur panjang, di masa tuanya nanti Amien hanya ingin melihat anak-anaknya bisa menyelesaikan pendidikannya masing-masing. Sementara ia sendiri ingin mengisi masa tuanya dengan menulis dan memberikan pengajian. Amien merujuk pada almarhum A.R. Fachruddin dan ibunya sendiri yang sampai akhir hayatnya masih memimpin Sekolah Keperawatan Muhammadiyah di Solo.

Aktifitas Saat Belia
Sejak belia Amien Rais sudah terlibat dalam ber¬bagai gerakan. Kecintaannya pada organisasi diawali dari keterlibatannya di pandu Hizbul Wathon. Ia di¬percaya oleh teman-temannya untuk memimpin sebuah regu yang terdiri dari tujuh orang yang diberi nama regu Rajawali. Regu yang dipimpinnya selalu memenangkan berbagai perlombaan, seperti lomba tali-temali, morse, membuat jembatan, sampai pada lomba masak-memasak.
Di sinilah Amien kecil mulai menyadari kekuatan ke¬bersamaan dan makna kepemimpinan. Ketika menjadi mahasiswa, ia termasuk salah seorang pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah [IMM]. Ia juga pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Islam [HMI], dan pernah di¬percaya untuk mendu¬duki jabatan sekretaris Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam [LDMI] HMI Yogyakarta.

Di samping kegandrungannya berorganisasi, Amien Rais juga sudah mulai aktif menulis artikel sejak belia. Dawam Rahardjo menuturkan:

“Ketika mahasiswa, Amien Rais telah menjadi penulis kolom yang tajam dan produktif. Oleh tabloid mingguan Mahasiswa Indonesia yang terbit di Bandung bersama-sama dengan Harian Kami di Jakarta, koran mahasiswa yang legendaris di awal Orde Baru, Amien pernah di¬anugerahi Zainal Zakse Award.”

Riwayat Pendidikan
Pendidikan Amien Rais, mulai dari TK sampai SMA, semuanya dijalani di sekolah Muhammadiyah, di kota kelahirannya, Solo. Menurut Amien, karena kecintaan sang ibu pada sekolah Muhammadiyah, maka seandainya ketika itu sudah ada perguruan tinggi Muhammadiyah, pasti ibunya akan memintanya untuk kuliah di situ. Sekolah Dasar diselesaikan tahun 1956, kemudian SMP pada tahun 1959 dan SMA pada tahun 1962. Di samping sekolah umum, ia juga mengikuti pendidikan agama di Pesantren Mamba’ul Ulum. Ia juga pernah nyantri di Pesantren Al Islam.

Setelah tamat SMA, ibunya menginginkan Amien melanjutkan studinya ke Al-Azhar, Mesir. Sementara ayahnya lebih memilih Universitas Gajah Mada [UGM]. Amien tampaknya lebih cocok dengan pilihan sang ayah. Ia kemudian diterima di dua fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi dan Fisipol UGM. Ia lalu berkonsultasi dengan sang ayah, mana fakultas yang lebih baik untuk dipilih. Sang ayah menyerahkan kembali pada Amien untuk memilihnya. Akhirnya ia memilih Fisipol. Mungkin untuk tidak mengecewakan harapan sang ibu, Amien juga kemudian mendaftarkan diri sebagai mahasiswa Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri [IAIN] Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Kuliah paralel ini dijalaninya sampai munculnya larangan kuliah ganda oleh pemerintah.

Tahun 1968 Amien menyelesaikan studinya di UGM dengan tugas akhir berjudul Mengapa Politik Luar Negeri Israel Berorientasi Pro Barat. Ia lulus dengan nilai A. Kemudian ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di University of Notre Dame, Indiana, Amerika Serikat yang diselesaikan tahun 1974 dengan gelar MA. Tesisnya adalah mengenai politik luar negeri Anwar Sadat yang waktu itu sangat dekat dengan Moskow. Itu sebabnya Amien juga harus mendalami masalah komunisme, Uni Soviet, dan Eropa Timur. Minatnya yang sangat besar dalam masalah Timur Tengah tetap tumbuh.
Setelah pulang ke tanah air sebentar, ia kembali lagi ke Amerika untuk mengikuti program doktor di University of Chicago, AS dengan mengambil bidang studi Timur Tengah. Ia berhasil meraih gelar doktor pada tahun 1981, dengan disertasi berjudul The Moslem Brotherhood in Egypt: Its Rise, Demise and Resurgence [Ikhwanul Muslimin di Mesir: Kelahiran, Keruntuhan, dan Kebangkitannya Kembali]. Penelitian untuk menyusun disertasinya dilakukan di Mesir dalam waktu sekitar satu tahun. Selama berada di Mesir, waktunya dimanfaatkan juga untuk menjadi mahasiswa luar biasa di Departemen Bahasa Universitas Al Azhar, Kairo.

Di UGM ia mengasuh mata kuliah Teori Politik Internasional serta Sejarah dan Diplomasi di Timur Tengah. Ia juga dipercaya mengajar mata kuliah Teori-teori Sosialisme. Yang paling menyenangkannya adalah mata kuliah Teori Politik Internasional. Di Fakultas Pascasarjana UGM ia dipercaya memegang mata kuliah Teori Revolusi dan Teori Politik.

'Mengelola Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan [PPSK]'
Pusat Pengkajian Strategi dan Kebijakan [PPSK] adalah lembaga pengkajian dan penelitian di bawah yayasan Mulia Bangsa Yogyakarta. Salah satu raison d’etre kelahiran PPSK adalah keprihatinan masih terbatasnya hasil-hasil pengkajian yang menyangkut masalah-masalah strategis dan kebijakan yang ber¬orientasi pada masyarakat lemah.
Lembaga pengkajian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran yang meliputi: Pertama, identifikasi permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan. Kedua, analisa yang akurat mengenai berbagai kecenderungan global di bidang sosial-budaya, agama, ekonomi, politik, dan iptek, serta dampaknya pada bangsa Indonesia. Ketiga, usulan pemecahan terhadap berbagai persoalan bangsa berdasarkan telaah strategis dan kebijakan yang realistis dan matang. Berbagai produk pemikirannya dipublikasikan lewat majalah Prospektif, yang terbit tiga bulan sekali.

Menurut Dawam Rahardjo, PPSK memiliki peran besar dalam membidani lahirnya ICMI. Di kantor inilah pertama kali konsep ICMI digodok, kemudian dibawa ke Wisma Muhammadiyah di Tawangmangu, Solo, untuk disempurnakan. Setelah itu baru dibawa ke Malang.

Sejumlah tokoh penting bergabung di lembaga ini, di antaranya: Moeljoto Djojomartono, Soedjatmoko, Ahmad Baiquni, Kuntowijoyo, Bambang Sudibyo, Umar Anggara Jenie, Ichlasul Amal, Yahya A. Muhaimin, Affan Gafar, A. Syafi’i Maarif, dan Amien Rais yang dipercaya untuk memimpinnya. Masyarakat ilmiah mengenal dan sangat memperhitungkan lembaga ini, selain karena produk-produk pemikirannya, juga karena kredibilitas keilmuan dan reputasi tokoh-tokohnya.
Namun masyarakat luas baru mengetahuinya setelah terjadinya dua peristiwa. Pertama, meninggalnya Dr. Soedjatmoko, seorang yang dikenal luas memiliki reputasi internasional. Beliau pernah menjadi Dubes RI untuk Amerika Serikat, juga pernah menjadi Rektor Pertama Universitas PBB di Tokio. Almarhum meninggal saat berceramah di hadapan teman-temannya di kantor PPSK, sehingga hampir semua media massa di tanah air memberitakan peristiwa kematiannya. Kedua, pertemuan antara Arifin Panigoro dan kawan-kawan dengan kelompok PPSK yang diselenggarakan di Hotel Radison, Yogyakarta, 5 Februari 1998.

Pertemuan ini kemudian dikenal dengan istilah “kasus Radison” dan menjadi polemik panjang yang mewarnai media massa waktu itu, karena oleh rezim Soeharto dituduh sebagai upaya “makar” terhadap pemerintah Orde Baru. Sebetulnya acara tersebut merupakan acara rutin dan bersifat akademis dengan tema reformasi yang meliputi reformasi politik, reformasi ekonomi, dan reformasi hukum. Beberapa orang yang hadir dalam pertemuan itu sempat dimintai keterangan oleh pihak berwajib, bahkan Arifin Panigoro sempat menjadi tersangka.

Konsep Kepemimpinan Amien Rais

Sepak terjang Amien Rais baik sebelum maupun sesudah menjadi ketua PP Muhammadiyah memang sering memunculkan kontroversi, yang paling menonjol adalah penilaian bahwa Amien Rais dengan konsep high politics-nya telah membawa Muhammadiyah terlalu jauh memasuki ranah politik. Oleh sebagian aktivis Muhammadiyah, langkah Amien Rais dianggap keluar dari budaya atau tradisi Muhammadiyah yang sudah berurat berakar sejak masa K.H. Ahmad Dahlan.

Sepak terjang Amin Rais yang sempat membuat miris sebagian pimpinan Muhammadiyah sebenarnya dilandasi dengan suatu pemahaman mendasar bahwa Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Selama ini amar ma’ruf Muhammadiyah sudah cukup banyak, maka itu harus pula diimbangi dengan nahi munkar-nya agar jalannya dakwah menjadi seimbang. Diberbagai kesempatan, Amien Rais menandaskan agar kedua sayap dakwah itu harus seimbang, karena itu jika tidak seimbang maka “pesawat” dakwah akan runtuh berkeping-keping.

Sebenarnya ketidaksiapan sebagian pemimpin Muhammadiyah menerima atau mengikuti langkah Amien Rais tidak bisa dilepaskan dengan begitu kuatnya dominasi rezim orde baru dalam melakukan kontrolnya disegala bidang. Termasuk organisasi kemasyarakatan pun mengalami kooptasi yang luar biasa, sehingga sulit untuk bergerak dengan bebas.
Kalau kita menengik kembali perjalanan sejarah Muhammadiyah sejak awal berdirinya,sebenarnya langkah-langkah politik Amien Rais bukanlah hal baru dalam tradisi bermuhammadiyah. Tokoh-tokoh seperti K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Mas Mansur adalah sosok yang banyak bersinggungan dengan persoalan politik. Sedangkan mengenai kevokalan Amien Rais dalam melakukan kritik kepada pemerintah sebenarnya hal yang sama juga pernah dilakukan oleh K.H. Fachruddin.

Ada yang unik dari Amien Rais, kalau menerangkan Muhammadiyah, ia jarang sekali menyinggung konsep-konsep dasar Muhammadiyah, kepribadian muhammadiyah, matan keyakinan hidup, dan cita-cita muhammdiyah, atau konsep-konsep dasar yang menjadi pedoman bermuhammadiyah lainnya. Ia sepertinya melakukan improvisasi dengan bahasanya sendiri yang langsung merujuk kepada ayat Al-Qur’an dan hadist. Mungkin bagi mereka yang berfikir formalistik dalam muhammadiyah akan menganggap uraian-uraian Amien Rais telah keluar dari konteks muhammadiyah. Tetapi sesungguhnya jika dikembalikan kepada prinsip dasar perjuangan Muhammadiyah bahwa muhammadiyah adalah gerakan yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah, maka justru metode yang diterapkan Amien Rais dalam menjelaskan muhammadiyah itulah yang lebih tepat, sebab dengan cara seperti itulah cakrawala bermuhammadiyah menjadi lebih terbuka, inklusif, serta dapat dipahami oleh siapapun orang islam baik yang berasal dari warga Muhammadiyah ataupun bukan dari Muhammadiyah.

Analisis Kritis Proses Amien Rais Menjadi Pemimpin.
a). Biografi dan Lingkungan Keluarga.
Muhammad Amien Rais. Demikian nama lengkapnya. Ia dilahirkan pada tanggal 26 April 1944 di Solo, Jawa Tengah. Amien Rais lahir dan tumbuh dilingkungan keluarga Muhammadiyah yang menaruh perhatian besar pada pendidikan dan taat beragama. Ayahnya Syuhud Rais, adalah tokoh muhammadiyah Surakarta yang menjadi kepala kantor pendidikan agama, Departemen Agama Surakarta. Ibunya bernama Sudalmiyah adalah seorang guru.

b. Lingkungan Pendidikan.
Sebagai anak yang dibesarkan dilingkungan Muhammadiyah, Amien Rais menerima pendidikan formalnya dilingkungan sekolah muhammadiyah. Ia mengawali pendidikan formalnya di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Solo dan tamat pada tahun 1956. Selanjutnya ia melanjutkan ke SMP Muhammadiyah Solo (selesai tahun 1959), dan SMA Muhammadiyah Solo (selesai tahun 1962).
Selain mendapat pendidikan disekolah, ia juga pernah mengecap pendidikan pesantren. Sambil belajar di SMP ia masuk pesantren Manba’ul Ulum (pernah jadi PGAN, sekarang MAN). Dan pesantren Al-Islam (kini bukan pesantren lagi) yang keduanya terdapat di Solo.

Ketika hendak melanjutkan studi ke perguruan tinggi, kedua orangtuanya sangat mengharapkan agar ia memilih perguruan tinggi agama supaya kelak bisa melanjutkan studi ke Mesir dan menjadi kiai. Akan tetapi Amien Rais memilih jurusan Hubungan Internasional, Fak. Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.Barangkali agar tidak mengecewakan Ibunya Amien Rais juga mendaftar di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sayangnya beberapa kemudian keluar keputusan pemerintah, bagi mahasiswa yang kuliah ganda, harus memilih salah satu. Maka terpaksa Amien Rais meninggalkan IAIN sekarang UIN.
Setelah menyelesaikan pendidikan di UGM, pada 1968 ia dikirim ke Amerika Serikat untuk mengikuti pendidikan Pasca Sarjana di University Of Notre Dame, Indiana dan selesai tahun 1974. Kemudian ia mengikuti program doktor di Political Science, University Of Chicago, dengan mengambil spesialisasi dibidang politik Timur Tengah dan selesai tahun 1984.

c. Lingkungan Sosial.
Amien Rais mengawali karirnya di dunia pendidikan sebagai dosen FISIP UGM sejak 1969. Untuk beberapa lama tugas sebagai dosen ia tinggalkan karena melanjutkan studi ke Amerika Serikat. Ia aktif kembali memberi kuliah di FISIP UGM pada 1981. Disamping ia mengajar di UGM ia juga meluangkan waktunya mengajar dibeberapa perguruan tinggi lainnya, seperti di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Tokoh intelektual Islam Indonesia yang dikenal sebagai pakar politik ini mengemban amanat sebagai Ketua Umum Muhammadiyah periode 1995-2000 yang terpilih dalam muktamar muhammadiyah ke 43 di Banda Aceh (6-10 Juli 1995). Sebetulnya, ia terpilih sebagai ketua umum muhammadiyah menggantikan KH. Ahmad Azhar yang wafat pada tanggal 28 Juni 1994 sebelum sempat menyelesaikan masa kepengurusan (1990-1995).

Konsep Kepemimpinan Amien Rais dalam Perspektif Islam.
Dalam mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah disebutkan bahwa setiap pribadi muslim wajib mengikuti jejak para Nabi, dan berusha untuk menciptakan masyarakat utama yakni masyarakat yang adil, makmur, aman dan damai dalam lingkungan Tuhan Yang Maha Pengampun didunia ini dengan niat ikhlas, bertanggung jawab, sabar dan tawakal dalam menghadapi segala kesukaran atau kesulitan yang menimpa dirinya atau rintangan yang menghalangi pekerjaanya dengan penuh pengharapan akan perlindungan dan pertolongan Allah.
Apa yang dilakukan Amien Rais merupakan internalisasi dari pengalaman para pemimpin muhammadiyah sebelumnya. Dengan ajaran dan doktrin muhammadiyah, khususnya mengenai kewajiban ber amar ma’ruf nahi munkar merupakan salah satu pilar utama dari citra tauhid. Bila umat Islam yang mengorientasikan dirinya pada tauhid dilarang untuk melaksanakan kewajiban ber amar ma’ruf nahi munkar, maka implikasinya akan sangat besar bagi kehidupan umat manusia.
Dalam pandangan muhammadiyah, amar ma’ruf atau mengajak kebajikan harus diimbangi dengan nahi munkar atau mencegah ketidakbajikan dan kenistaan. Pribadi yang diinginkan oleh muhammadiyah adalah pribadi yang mampu menjaga keseimbangan itu, meskipun berakibat pahit bagi dirinya. Pada sisi ini Amien Rais sesungguhnya telah mendapatkan kemenangan secara moral.

ORGANISASI SOSIAL


Organisasi Sosial merupakan organisasi yang dibentuk oleh masyarakat. Organisasi ini biasanya mempunyai tujuan untuk kepentingan sosial seperti perkumpulan untuk mendapatkan suatu ilmu, kebutuhan rohani, maupun tujuan bagi kepentingan sosial atau bersama. Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Prof Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan “organisasi ialah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang / beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang yang disebut dengan bawahan.
Dan menurut Chester L Bernard (1938) mengatakan bahwa “Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih ( Define organization as a system of cooperative of two or more persons) yang sama-sama memiliki visi dan misi yang sama.

Jalur Pembentukan Organisasi Sosial:
a.Jalur Keagamaan. contoh: Organisasi majelis Ta’lim masjid
b.Jalur Profesi. contoh : Kelompok belajar
c.Jalur Kepemudaan. contoh : Karang Taruna
d.Jalur Kemahasiswaan. Contoh : HIMSI Universitas Gunadarma
e.Jalur Kepartaian & Kekaryaan. contoh : Kampanye




LATAR BELAKANG JALUR KEKARYAAN PMI

Kota Jakarta Selatan merupakan bagian dari Ibukota Propinsi DKI Jakarta yang memiliki luas 145.37 km2. Pemerintahan Kota Jakarta Selatan sendiri terbagi menjadi 10 Kecamatan dan 65 Kelurahan dengan jumlah penduduknya sebanyak 1.885.790 jiwa, yang terdiri dari 945.980 pria dan 939.810 wanita, dimana usia produktif penduduk (15 รข€“ 49 Tahun) mencapai 1.183.720 jiwa. Kota Jakarta Selatan memiliki penduduk yang relatif padat dengan latar belakang status ekonomi yang beragam.PMI Kota Jakarta Selatan adalah merupakan salah satu wilayah dari 5 PMI Kota & satu PMI Kabupaten yang tersebar di Provinsi DKI Jakarta.

PMI Kota Jakarta Selatan dibentuk oleh PMI Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1970, berawal dari sebuah ruangan kecil di wilayah kelurahan Kebayoran Lama dan hanya dengan SDM yg sangat minim PMI Kota Jakarta Selatan dapat berkembang dengan baik, setelah beberapa kali pindah tempat pada akhirnya PMI Kota Jakarta Selatan memiliki kantor sendiri, atas nama PMI Kota Jakarta Selatan di wilayah Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.PMI Kota Jakarta Selatan memiliki 10 (sepuluh) PMI Tingkat Kecamatan yang tersebar di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan antara lain :
1. PMI Kecamatan Kebayoran Lama
2. PMI Kecamatan Pesanggrahan
3. PMI Kecamatan Kebayoran Baru
4. PMI Kecamatan Cilandak
5. PMI Kecamatan Mampang Prapatan
6. PMI Kecamatan Setia Budi
7. PMI Kecamatan Tebet
8. PMI Kecamatan Pancoran
9. PMI Kecamatan Pasar Minggu
10. PMI Kecamatan Jagakarsa
Ketua PMI Tingkat Kecamatan di wilayah Kota Jakarta Selatan adalah para Wakil camat.
Palang Merah Indonesia (PMI) yang dibentuk pada tanggal 17 September 1945 telah aktif melakukan kegiatan pertolongan untuk korban pertempuran dan kemudian dengan pengambilan tawanan perang sekutu maupun jepang. Melihat hasil kerja tersebut, PMI mendapatkian pengakuan secara internasional pada tahun 1950 dan selanjutnya menjadi Anggota Federasi internasional dan palang merah se-dunia. Sebagai badan hokum, pemerintah Republik Indonesia mengesahkan keberadaan dan tugas PMI melalui Kepres No. 25 tahun 1959 dan diperkuat dengan kepres No. 264 tahun 1963.

Kini kepengurusan PMI tersebar di 27 Propinsi dan 306 cabang termasuk PMI Cabang Jombang yang telah terbentuk pada tanggal 6 Pebruari 1972. Adapun kenaggotaan PMI terbagi dalam klasifikasi anggota biasa, luar biasa, remaja dan anggota kehormatan. Pendanaan bersumber utama dari kegiatan bulan dana dan bentuk sumbangan lain yang tidak mengikat.

TUJUAN PMI
Meringankan penderitaan sesame apapun sebabnya, yang tidak membedakan golongan, bangsa, kulit, jenis kelamin, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

LAMBANG PMI
PMI menggunakan lambang Palang Merah diatas dasar putih sebagai tanda perlindungan sesuai dengan ketentuan Palang Merah Internasional. Lambang PMI sebagai anggota Palang Merah Internasional adalah Palang Merah diatas dasar warna putih. Lambang PMI sebagai Perhimpunan Nasional adalah diatas dasar dilingkari bunga melati berkelopak lima .

HUBUNGAN PMI DENGAN PALANG MERAH INTERNASIONAL
Setelah Pemerintah RI mengeluarkan keputusan No. 25 tahun 1950 tanggal 16 januari 1950, selanjutnya PMI secara resmi diterima sebagai anggota Palang Merah Internasional yang bermarkas di Jenewa Swiss (ICRC). Dan pada tanggal 15 oktober masuk sebagai anggota ke VIII Liga Perhimpunan Palang Merah. Oleh karena itu, sebagai konsekuensi PMI harus ikut melaksanakan dan mentaati isi dari konvensi Jenewa. Termasuk di dalamnya terkandung hokum perikemanusiaan Internasional (Humaniter Internsional Law). Dalam militer disebut Hukum Perang.

KETENTUAN DASAR HUKUM PERIKEMANUSIAAN INTERNASIONAL
Ketentuan Internasional yang mengatur tentang pertolongan untuk korban perang/konflik bersenjata adalah tercantum dalam Konvensi Jenewa 1949 dan protocol tambahan 1977 serta konvensi Den Haag. Ketentuan yang secara pokok mengatur tentang hak dan kewajiban Negara, pasukan tempur, penduduk sipil dan organisasi kemanusiaan dalam aksi pertolongan dan perlindungan untuk korban perang itulah yang disebut Hukum Perikemanusiaan Internasional

KETENTUAN DASAR HPI sebagai berikut:
• Dilarang melakukan pembunuhan, penyiksaan, balas dendam, penyanderaan dan tidak lain yang merendahkan martabat terhadap korban perang maupun musuh yang sudah menyerah.
• Yang terluka dan sakit, tanpa perbedaan hendaknya dikumpulkan dan dirawat.
• Petugas medis/pertolongan pertama dan rohaniawan, rumah sakit peralatan dan sarana transportasi untuk pertolongan yang memakai lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah harus dihormati dan dilindungi.
• Sasaran perang hanya boleh ditujukan kepada obyek militer semata. Harus ada perbedaan sasaran penduduk sipil dan segala fasilitas yang menunjang kehidupan vital umum dengan obyek militer. Kelestarian lingkungan hidup wajib dijaga. Ada batas dalam penggunaan metode maupun senjata perang yang dapat menimbulkan penderitaan atau kerugiaan yang tidak perlu/berlebihan.
• Peserta perang/kombatan yang menyerah/ditangkap harus diberikan perlindungan dan diperlakukan secara manusiawi. Ada jaminan fasilitas makanan, pakaian, kesempatan beribadah dan pelayanan kesehatan serta kesempatan berhubungan dengan anggota keluarganya. Peradilan tawanan perang dilakukan melalui prosedur hokum yang berlaku.
• Penduduk sipil di daerah penduduknya diupayakan dapat menjalankan kehidupan normal dan dilarang deportasi penduduk sipil.
• Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi Jenewa 1949 pada tahun 1958 dalam UU No. 59. Sebagi konsekuensinya pemerintah harus menerapkan ketentuan tersebut dan menyebarluaskan pengetahuan diatas.
Dalam Keadaan Bencana alam, Perang, Konflik dll, PMI siap siaga dalam memberikan:
• Pertolongan Pertama pada kasusu trauma dan medis bersifat sementara sebelum dikirim ke Rumah Sakit. Dan Pertolongan Pertama berbasisi Masyarakat (CBFA).
• Perawatan Keluarga, yang merupakan perawatan ringan dan rutin sehari-hari seperti memandikan bayi, merawat manula dll.
• Mendirikan Perkampungan Darurat dilokasi yang aman dengan mendirikan tenda atau menempati rumah yang kosong guna menampung para pengungsi/korban.
• Menanggani proses pengungsian dari tempat kejadian ke tempat yang aman yaitu perkampungan darurat, baik korban yang sehat, sakit sampai korban yang meninggal.
• Mendirikan Dapur Umum dalam memberikan layanan kebutuhan makan para korban dengan 2 kali makan sehari selama minimal 2 minggu dan maximal 3 bulan.
• Selanjutnya dengan dibina PMI dilaksanakan Dapur Umum secara bersama-sama.
• Melayani pencarian keluarga yang hilang atau putus komunikasi, baik komunikasi keluar tempat kejadian maupun yang masuk ke tempat kejadiaan yang lebih singkatnya disebut layanan TMS ( Tracing and Mailing Service).
• Mengadakan konseling.
• Pelayanan donor darah dan permintaan darah melalui unit Transfusi darah PMI.
• Memberikan penyuluhan dalam bidang:
- Pendidikan Remaja Sebaya (PRS)
- Keterampilan Hidup (Life Skill)
- Penanggulangan HIV/ AIDS
- Sanitasi ( PHAST) dan CBFA
GERAK DAN LANGKAH PMI CABANG PEDULI SESAMA
GERAK PMI CABANG

Untuk mampu mewujudkan cita-citanya PMI Cabang Jombang bergerak bersama masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten. Dalam hubungan ini PMI membantu pemerintah di bidang sosial, kemanusiaan terutama tugas ke palang merahan sebagaimana disyaratkan dalam ketentuan konvensi-konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia . Sedangkan tugas pokoknya PMI Cabang Jombang bergerak dibidang kesiap-siagaan bantuan penanggulangan bencana, kesehatan(pelayanan tranfusi darah, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat). Dan pembinaan terhadap Palang Merah Remaja (PMR) dan sukarelawan PMI untuk dapat melaksanakan tugas tersebut.

Dalam melaksanakan tugas, PMI berlandaskan pada 7 prinsip dasar gerakan Palang Merah yaitu dalam situasi konflik bersenjata dan konflik lain yang mungkin tumbuh dalam masyarakat. PMI akan menjaga sikap kenetralan dan kesamaannya. Ini berarti bahwa PMI tidak melibatkan diri/ berpihak pada golongan politik, ras, suku ataupun agama tertentu dan dalam pelaksanaan pertolongan tidak melakukan pembedaan tetapi mengutamakan sasaran korbang jiwa yang paling membutuhkan pertolongan segera untuk keselamatan jiwanya.

LANGKAH PMI CABANG
Dalam melaksanakan tugasnya PMI bergantung kepada anggota relawannya sebagai gugus terdepan di lapangan. Untuk mengefektifkan anggota sukarela menjadi terlatih, mereka dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan kepalangmerahan. Relawan PMI terdiri dari : Palang merah Remaja(PMR), Korps Sukarela (KSR), Tenaga sukarela (TSR), Donor Darah Sukarela (DDS). Yang merupakan bagian dari PMI yang beranggotakan remaja (pria/wanita) berusia dari 10 tahun hingga 20 tahun atau siswa SD/ MI, SMP/ MTs dan SMU?MA/SMK.
PMR terbagi atas 3 kelompok yaitu:
- PMR Mula (setingkat SD)
- PMR Madya (setingkat SMP)
- PMR Wira ( setingkat SMU)
Kegiatan PMR mengacu pada tiga tugas utama PMR yaitu:
• Berbakti pada masyarakat.
• Mempertinggi ketrampilan dan memelihara kebersihan dan kesehatan.
• Mempererat persahabatan nasional dan internasional.
PERSYARATAN MENJADI RELAWAN PMI
PMR:
Keanggotaan terbuka bagi anggota remaja usia pada 7 – 20 tahun atau seusia SD, SMp, SMU/SMK yang kan terbagi dalam kelompok PMR Mula, PMR Madya dan PMR Wira. Pada umumnya kegiatan dikelola melalui sekolah, bekerjasama dengan Departemen Pendidikan Nasional.

KSR:
Keanggotaan terbuka untuk umum yang berusia 20 tahun ke atas, kegiatan KSR dikelola oleh kantor PMI Cabang. Sementara ini juga sedang berkembang keanggotaan KSR PMI dilingkup perguruan tinggi. Keanggotaan tergabung dalam kesatuan korps atau unit organisasi serta dilatih dengan berbagai ketrampilan seperti : Pertolongan pertama penyelenggaraan penampungan sementara, “ Tracing and mailing service” dan sebagainya.

TSR:
Keanggotaan terbuka untuk umum, kaum professional, yang secara sukarela meluangkan/menyumbangkan tenaga, waktu, pikiran atau keahlian/ketrampilan khusus yang dimilikinya untuk membantu pengembangan perhimpunan PMI. Keanggotaan TSR dapat dikelola oleh markas pusat, daerah maupun markas cabang PMI.

DDS:
(Donor Darah Sukarela) terdiri dari masyarakat umum berusia 17 – 60 tahun dan berbadan sehat. Untuk menyumbangkan darahnya pendonor dapat mendatangi kantor unit tranfusi darah cabang PMI dan mendaftarkan diri serta diperiksa sesuai prosedur sebelum pengambilan darah. Untuk organisasi, lembaga, instansi dapat mengadakan donor secara missal, yang pelaksanaannya mengundang petugas unit transfuse darah PMI Cabang Jombang. Kenaggotaan donor darah sukarela diatur dan dikoordinir oleh persatuan donor darah Indonesia .

SUMBER DAYA MANUSIA
Seiring dengan program lima tahunan maupun satu tahunan, PMI Cabang Jombang berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia(SDM). Kalangan PMI, diarahkan untuk : Peningkatan Kualitas PMR dan KSR. Dilakukan dengan cara mengadkan perjanjiaan kerjasama PMI Dinas Pendidikan Kabupaten, Depag Kabupaten dan Dinas Kesehatan dimana diadakan rekruitmen anggota PMR KSR dari lingkungan sekolah, perguruan tinggi dan umum. Peningkatan Kualitas PMR dan KSR.

Melalui Bidang Ketrampilan:
Dimulai dengan meningkatkan kemampuan pelatih di bidang pertolongan pertama (PK), Perawatan Keluarga (PK), serta pertolongan pertama pada bencana (P#B) dan untuk kegiatan ini anggota KSR diikutkan pelatihan pada PMI daerah Jawa Timur maupun PMI Cabang Jombang mengadakan pelatihan di Kabupaten atas persetujuan PMI daerah jawa Timur dengan catatan pelatihnya dari daerah atau dari pusat.

Bidang Kepemimpinan:
Dengan tujuan untuk menyiapkan pelatih bidang kepimimpinan.

Bidang Perilaku:
Dimulai dengan pelatihan di bidang kesehatan Remaja. Hal ini dirasakan adanya permasalahan perilaku remaja yang meningkat akhir-akhir ini yaitu remaja merokok, menggunakan obat terlarang, minum alkohol, sampai kebebasan seksual dengan akibatnya antara lain penularan virus HIV/AIDS.
Macam-macam pelatihan PMI:
• Pelatihan Anggota Remaja meliputi:
- PMR Mula pelajar SD/MI, PMR Madya pelajar SLTP/MTs.
- Palang Merah Remaja Wira pelajar SLTA/ Madrasah Aliyah.
- Korp Sukarela (KSR) PMI di Cabang dari PMR Wira?umum.
- Korp Sukarela (KSR) PMI di Perguruan tinggi dari mahasiswa.
• Pelatihan bagi Anggota Pelatih meliputi:
- Pelatih PMR, Pelatih KSR
- Pelatih Spesialis : PP, PK, PBT, DU, TMS, PRS, LS, HPI, HIV/AIDS, CBFA & PHAST, SATGANA PMI.

Syarat menjadi pelatih PMR berasal dari PMR Wira. Pelatih KSR berasal dari Pelatih PMR yang sudah bersifat PMI. PMI Jawa timur Pelatih spesialis berasal dari pelatih PMR/KSR.
• Pelatihan Anggota Pembina meliputi:
- Pembina PMR berasal dari guru dan Pembina KSR berasal dari dosen.
• Pelatihan Anggota Satgana ( Satuan Siaga Penanggulangan Bencana) berasal:
- Pegawai PMI, Pelatih PMI, KSR PMI dan Perawat.
• Pelatihan Anggota sebagai Petugas penyuluhan berasal dari:
- Pelatih PMR, Pelatih KSR dan Pegawai PMI.
• Pelatihan bagi Anggota/pegawai PMI meliputi:
- Pelatihan KSR PMI di Cabang.
- Pelatihan-pelatihan PMI di cabang/Daerah.Pelatihan Satgana di Cabang/Daerah.
- Pelatihan Tranfusi Darah (Pra ATD) di Surabaya .
- Pelatihan Dokter Unit tranfusi darah di Jakarta .
- Pendidikan PTTD setingkat D1 di Jakarta.
• Anggota Pos PP PMI jalan raya meliputi:
- Orientasi kepalangmerahan dan pelatihan PP. Jalan raya.
• Anggota Pengurus Cabang/Ranting PMI meliputi:
- Orientasi Kepalangmerahan dan penataran.
KEBIJAKSANAAN PMI DALAM PENANGGULANGAN KORBAN BENCANA
Kesiapsiagaan.
Bahwa bencana pada umumnya sukar atau tidak dapat diketahui kapan dan dimana akan terjadi, namun manusia hanya mampu meperkirakan bencana akan terjadi. Oleh karena itu PMI harus selalu siap siaga mengingat pertolongan dan bantuan harus diberikan secara cepat dan tepat. Untuk mewujudkan suatu kesiapsiagaan PMI, memerlukan.
• Kerjasama dengan Instansi terkait.
• Tenaga pelaksana yang siap kerja, terlatih dan berpengalaman di bidang bencana.
• Perencanaan yang baik dan matang.
• Koordinasi organisasi di semua tingkat.
• Logistik dan dana yang memadai.
• Garis komando yang tepat.
• Penilaian dan pelaporan.

Kesukarelaan
Sesuai prinsip palang merah, maka bantuan PMI dalam penanggulangan bencana dilakukan oleh tenaga sukarela. Untuk itu PMI cabang harus memiliki tenaga sukiarela dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang memadai.

Kesiagaan PMI
Di dalam suasana damai dimana tidak terjadi perang atau bencana, maka PMI sebagai organisasi pertolongan dan bantuan komunikasi wajib memelihara kesiagaan tenaga dan dana.

Kesiagaan Tenaga
Tenaga tersebut adalah KSR dan TSR PMI. Korps Sukarela (KSR) PMI perlu dibentuk dalam suatu tingkatan kepengurusan berupa satuan yang terorganisasi, yang memiliki dedikasi kemanusiaan yang tinggi dan kekuatan serta ketrampilan teknis dalam kegiatan pertolongan dan bantuan dana yang setiap saat dapat digerakkan untuk melakukan tugas di lapangan. Untuk mengantisipasi daerah rawanbanjir, PMI cabang Jombang telah membentuk dan melatih tim SATGANA ( Satuan Penanggulangan Bencana) sebanyak 45 orang. Yang personilnya dari tenaga KSR dan TSR Ranting.
Pada musim hujan yang lalu Tim SATGANA telah melaksanakan tugas membantu masyarakat pengungsi banjir dengan mendirikan DU (Dapur Umum) dan mendistribusikan bahan bantuan kepada para korban bencana banjir dan pada waktu lainnya juga menyerahkan bantuan pada pengungsi Sampit dan Aceh. Tenaga sukarela (TSR) PMI perlu dibentuk berupa perorangan-perorangan yang terdaftar dan siap ditugaskan ke Lapangan apabila diperlukan.

Kesiagaan Dana
Dana Operasional sangat penting untuk disiagakan. Oleh karena itu dana yang terkumpul dari sumbangan masyarakat harus dimasukkan ke dalam pos dana pertolongan/bantuan tertentu pada setiap neraca anggaran, dan dipertanggungjawaban kepada masyarakat penyumbang dana.

Koordinasi.
Koordinasi ini akan nyata dalam pengembangan rencana penanggulangan terpadu di bawah koordinasi Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana ( SATLAK PB), dimana wakil PMI akan mengadakan integrasi kemampuan nyata dan sinkronisasi upaya sesuai tugas pokok PMI.

UNIT TRANFUSI DARAH PMI CABANG JOMBANG
Palang Merah Indonesia mendapatkan tugas khususu dari pemerintah RI untuk menyelanggarakan Upaya Kesehatan Tranfusi Darah UKTD dengan batas dan wewenang yang diatur dalam Undang-undang No. 23 tahun 1992, Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1980, serta penjabarannya yaitu PERMENKES No. 478 tahun 1990 dan SK. DIRJEN YANMED No. 1147 tahun 1991. Tugas ini dilaksanakan secara tersendiri, otonom dengan bimbingan, pengawasan dan pembinaan, baik oleh jajaran Kepengurusan PMI maupun jajaran Dinas Kesehatan.
Sesuai engan peraturan-peraturan tersebut diatas, kegiatan UTDC dalam menyelenggarakan pengadaan darah adalah:
• Pemilihan (Seleksi) penyumbang darah.
• Penyadapan darah
• Pengamanan darah
• Penyimpanan darah
• Penyampaian darah
Sedangkan dari segi moral dan etika, pengadaan darah dilakukan atas dasar “ sukarela” tanpa maksud mencari keuntungan maupun menjadikan darah obyek jual beli. Hasil kegiatan UKTD PMI adalah darah yang sehat, aman dan tersedia tepat waktu. Disamping itu darah dapat diolah menjadi komponen-komponen darah yang dapat diberikan kepada pasien dengan tepat sesuai kebutuhan. Darah tidak boleh dijualbelikan dengan dalih apapun juga, karena darah diberikan oleh pendonor dengan sukarela.

Donor darah Sukarela (DDS) adalah donor darah memberikan darahnya dengan suka rela tanpa melihat sendiri atau mengetahui kepada siapa darah itu akan diberikan. Donor Darah Pengganti (DDP) adalah donor darah yang darahnya diberikan untuk menolong saudaranya atau temannya yang sakit, yang memerlukan darah.
Secara historis, atas dasar kemanusiaan dan kedermawanan, sejak tahun 1950 PMI sudah mulai melakukan kegiatan pengelola sumbangan darah. Namun barulah tahun 1980, diterbitykan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1980, yang menugaskan PMI untuk menyelenggarakan tranfusi darah, termasuk hubungan kerja antara PMI dengan Dinas Kesehatan.

PENGELOLAAN DARAH
Darah adalah karunia Tuhan YME yang amat tinggi nilainya untuk manusia dan manusia sampai saat ini tidak dapat membuat tiruannya. Oleh sebab itu bila ada orang yang kekurangan darah sebab pendarahan karena bersalin, operasi, kecelakaan atau sebab lain. Maka pertolongannya hanya dengan darah yang berasal dari tubuh manusia sehat. Darah adalah untuk keselamatan pasien selain dipilih darah yang cocok golongan darahnya juga dilakukan pemeriksaan Uji kecocokan darah antara darah donor dan darah pasien yang disebut reaksi crossmatching.

Sehingga pasien memperoleh darah yang betul2 cocok, aman dari penyakit yang menular lewat tranfusi darah (PMLTD). Oleh karena itu untukmenjaga pasien pemakai darah, agar tidak teertular penyakit yang menular lewat tranfusi darah/PMLTD, maka darah donor yang telah ditampung dalam kantong plastic steril sekali pakai atau disposable tersebut diperiksa uji saring, utamanya diperiksa tehadap HIV/AIDS, Hepatitis B, VDRL- sifilis dan HCV/Hepatitis C.

Namun demikian untuk merawat darah mulai dari penampungan darah berupa kantong plastic steril sekali pakai, pemeriksaan uji saring sarologi terhadap PLDT, uji kecocokan darah, penyimpanan darah dan proses darah yang lainnya, membutuhkan biaya yang tidak sdikit. Maka kepada setiap pasien yang telah memperoleh manfaat darah bagi kesembuhan penyakitnya dikenakan biaya pengolahan darah atau BPPD untuk mengganti biaya yang telah dikeluarkan oleh UTDC PMI dalam merawat darah seperti tersebut diatas. Adapun besarnya biaya yang ditanggung pasien adalah sebesar 90 % dari total biaya satu kantong darah dan sisanya yang 10 % dibantu oleh anggaran APBD PEMDA Kabupaten Jombang, besarnya BPPD ditetapkan dengan SK PMI Cabang Jombang. Dalam tahun 1992, oleh pemerintah telah dikeluarkan Undang-undang No. 23 tahun 1992 dimana Pelayanan Usaha Tranfusi Darah telah diatur didalamnya. Inilah landasan hokum bagi Penyeleggara Upaya Kesehatan Tranfusi Darah (UKTD).

Disamping prasarana tersebut, masalah kedermawanan darah di Indonesia, mempunyai landasan Supra Struktur yang kokoh, yaitu” pancasila” sebagai falsafah bangsa Indonesia yang merupakan conditiocine quanon, sehingga Usaha tranfusi darah di Indonesia harus dilakukan berdasarkan perikemanusiaan dan kesukarelaan. Prasarana lain yang cukup besar artinya ialah adanya fatwa soal pemindahan darah antar manusia yang bersumber dari kalangan umat islam di Indonesia yang menyatakan bahwa Usaha Tranfusi darah dapat dibenarkan.

PERHIMPUNAN DARAH DONOR INDONESIA (PDDI)
Para donor darah perlu dibina agar berkelanjutan, ini berarti bahwa mengadakan organisasi Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDDI) PMI sangat membantu dalam pembinaan donor darah Sukarela yang berkelanjutan. HPDDI dan PMI adalah mitra kerja yang masing-masing terorganisasi secara terpisah dan mandiri. Pengerahan donor Darah Sukarela dapat dijalankan secara terpadu maupun sendiri-sendiri. Yang penting setiap kegiatan yang dijlankan diabdikan untuk senantiasa peduli sesama.

TRACING AND MAILING SERVICE (TMS)
a. Pelayanan Pencarian keluarga yang hilang, penyampain berita keluarga secara berita partisipasi membantu memperingankan penderitaan sesame manusia tanpa memandang ras, bangsa, aama maupun poloitok. Adapun tujuan TMS adalah untuk membantu meningkatkan penderitaan hati/batin/tekanan mental yang diakibatkan oleh perpisahan dan ketidakpastian anggota keluarga atau ornag-ornag yang dikasihi dengan cara mencari kabar tentang anggota keluarga yang hilang.
b. Tugas TMS
Bila tejadi konflik bersenjata antar bangsa atau ketegangan serta keresahan dalam negeri yang mengacau balaukan kehidupan normal “TMS” bertugas:
• Mendata, memproses dan menyampaikan semua informasi yang diperlukan untuk identifikasi orang-orang yang perlu dibantu PMI.
• Menyampaikan berita keluarga antar anggota keluarga yang terpisah bila sarana komunikasi normal terganggu.
• Mencari anggota keluarga hilang.
• Mempersatukan kembali anggota keluarga yang terpisah, melaksanakan transfer dan repatriasi.
• Berusaha mendapatkan surat-surat resmi (antara lain surat kelahiran, penangkapan, dokumen perjalanan untuk pengungsi, orang terlantar/tak berwarga Negara) yang mungkin berguna untuk memperoleh pension atau biaya oengobatan dan lain-lain.

Minggu, 09 Oktober 2011

Komunikasi Dalam Organisasi

Komunikasi merupakan suatu informasi yang menyebar dan memberitahukan ke seluruh pihak satu dengan pihak lainnya untuk mendapatkan informasi baru dengan pemahaman serta pengertian yang sama tanpa dibuat buat informasi tersebut. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain.
Pentingnya komunikasi dalam organisasi adalah adalah suatu proses penyampaian informasi, ide-ide, diantara para anggota organisasi secara timbal-balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam organisasi. Untuk mencapai tujuan organisasi diperlukan seorang manajer yang mampu berkomunikasi dengan semua karyawan di semua bidang dan tingkat, baik manajer yang menganut aliran tradisional (manajemen tradisional), maupun manajer yang menganut aliran perilaku. Informasi yang dimaksud dalam komunikasi yaitu segenap rangkaian perkataan, kalimat, gambar, kode, atau tanda tertulis yang dapat dipergunakan oleh setiap orang yang mempergunakanya untuk melakukan tindakan yang benar, baik dan tepat serta tidak di buat-buat oleh penerima maupun pengirim informasi dari pihak satu ke pihak yang lainnya.
Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yag efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Rangkaian model proses komunikasi adalah melalui tahap sebagai berikut : 1. Tahap penciptaan gagasan (tahap ideasi) 2. Tahap penyusunan gagasan dalam bentuk symbol atau tanda-tanda sandi (tahap econding) 3. Tahap pengiriman(transmitting) 4. Tahap penerimaan 5. Tahap menginterpretasikan gagasan atau pesan yang diterima 6. Tahap pemberian tanggapan Contoh proses dalam berkomunikasi seperti gambar berikut :
Komunikasi dalam organisasi akan berjalan dengan baik apabila arus informasi dalam organisasi tidak menghadapi hambatan. Oleh karena itu hambatan komunikasi dalam organisasi menyangkut dua segi, yaitu hambatan komunikasi itu sendiri dan hambatan organisasi, misalnya hambatan pengambilan keputusan, pelimpahan wewenang, masalah metode kerja, masalah kondisi kerja para pegawai, dan sebagainya. Hambatan akan cepat selesai bila komunikasi yang berlangsung dalam organisasi dapat berjalan baik.

Senin, 23 Mei 2011

BUDAYA DAN GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia.
Globalisasi memiliki banyak penafsiran dari berbagai sudut pandang. Sebagian orang menafsirkan globalisasi sebagai proses pengecilan dunia atau menjadikan dunia sebagaimana layaknya sebuah perkampungan kecil. Sebagian lainnya menyebutkan bahwa globalisasi adalah upaya penyatuan masyarakat dunia dari sisi gaya hidup, orientasi, dan budaya. Proses perkembangan globalisasi pada awalnya ditandai kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Bidang tersebut merupakan penggerak globalisasi. Dari kemajuan bidang ini kemudian mempengaruhi sektor-sektor lain dalam kehidupan, seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Contoh sederhana dengan teknologi internet, parabola dan TV, orang di belahan bumi manapun akan dapat mengakses berita dari belahan dunia yang lain secara cepat. Hal ini akan terjadi interaksi antarmasyarakat dunia secara luas, yang akhirnya akan saling mempengaruhi satu sama lain, terutama pada kebudayaan daerah,seperti kebudayaan gotong royong,menjenguk tetangga sakit dan lain-lain. Globalisasi juga berpengaruh terhadap pemuda dalam kehidupan sehari-hari, seperti budaya berpakaian, gaya rambut dan sebagainya.


B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam perkembangannya globalisasi menimbulkan berbagai masalah dalam bidang kebudayaan,misalnya hilangnya budaya asli suatu daerah atau suatu negara - terjadinya erosi nilai-nilai budaya, menurunnya rasa nasionalisme dan patriotisme - hilangnya sifat kekeluargaan dan gotong royong - kehilangan kepercayaan diri - gaya hidup kebarat-baratan.


C. RUMUSAN MASALAH
Globalisasi menimbulkan berbagai masalah terhadap eksistensi kebudayaan daerah, salah satunya adalah terjadinya penurunan rasa cinta terhadap kebudayaan yang merupakan jati diri suatu bangsa, erosi nilai-nilai budaya, terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya berkembang menjadi budaya massa.
D. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah
2. Untuk meningkatkan kesadaran remaja untuk menjunjung tinggi kebudayaan bangsa sendiri karena kebudayaan merupakan jati diri bangsa

BAB II KERANGKA TEORITIK DAN RUMUSAN HIPOTESIS
A. BATASAN ISTILAH
Dalam pembuatan makalah ini menggunakan istilah-istilah yang sudah dimengerti oleh masyarakat banyak, adapun tujuan dari penggunaan istilah-istilah tersebut yaitu untuk memudahkan pembaca dalam membaca makalah ini dan mudah dimengerti.

B. SUDUT PANDANG PENDEKATAN
Sudut pandang yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini yaitu sudut pandang secara sosiologis dan psikologis yaitu pengaruh globalisasi pada masyarakat umum dan sikap para pemuda dalam menyikapi pengaruh budaya asing.

C. KERANGKA BERPIKIR
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan pola paragraf dari umum ke khusus, dengan alasan agar pembaca merasa bingung dalam membaca karena dalam membaca dimulai dari hal-hal yang ringan dulu baru meningkat ke hal-hal yang lebih kompleks.
D. RUMUSAN HIPOTESIS
Adanya globalisasi yang memiliki dampak positif maupun negative, maka perlu adanya tindak lanjut dalam menyikapi globalisasi tersebut. Adapun tindakan-tindakan yang dapat dilakukan yaitu :
1. Menambah porsi pengetahuan tentang kebudayaan bangsa di sekolah-sekolah baik mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi
2. Menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative.
3. Mengadakan berbagai pertunjukan kubudayaan
4. Membatasi acara-acara yang dapat memunculkan rasa cinta terhadap budaya asing.

BAB III PEMBAHASAN
A. BUDAYA DAN GLOBALISASI
Globalisasi dalam kebudayaan dapat berkembang dengan cepat, hal ini tentunya dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan kemudahan dalam memperoleh akses komunikasi dan berita namun hal ini justru menjadi bumerang tersendiri dan menjadi suatu masalah yang paling krusial atau penting dalam globalisasi, yaitu kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian kita. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.
Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Simon Kemoni, sosiolog asal Kenya mengatakan bahwa globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Dalam proses alami ini, setiap bangsa akan berusaha menyesuaikan budaya mereka dengan perkembangan baru sehingga mereka dapat melanjutkan kehidupan dan menghindari kehancuran. Tetapi, menurut Simon Kimoni, dalam proses ini, negara-negara harus memperkokoh dimensi budaya mereka dan memelihara struktur nilai-nilainya agar tidak dieliminasi oleh budaya asing. Dalam rangka ini, berbagai bangsa haruslah mendapatkan informasi ilmiah yang bermanfaat dan menambah pengalaman mereka. Terkait dengan seni dan budaya, Seorang penulis asal Kenya bernama Ngugi Wa Thiong’o menyebutkan bahwa perilaku dunia Barat, khususnya Amerika seolah-olah sedang melemparkan bom budaya terhadap rakyat dunia. Mereka berusaha untuk menghancurkan tradisi dan bahasa pribumi sehingga bangsa-bangsa tersebut kebingungan dalam upaya mencari indentitas budaya nasionalnya. Penulis Kenya ini meyakini bahwa budaya asing yang berkuasa di berbagai bangsa, yang dahulu dipaksakan melalui imperialisme, kini dilakukan dalam bentuk yang lebih luas dengan nama globalisasi.
Oleh karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan Bagi bangsa Indonesia aspek kebudayaan merupakan salah satu kekuatan bangsa yang memiliki kekayaan nilai yang beragam, termasuk keseniannya. Kesenian rakyat, salah satu bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia tidak luput dari pengaruh globalisasi.

B. TRADISIONAL DI INDONESIA BUDAYA DAN GLOBALISASI
Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak luar, hal inilah yang terjadi dalam proses globalisasi. Oleh karena itu, globalisasi bukan hanya soal ekonomi namun juga terkait dengan masalah atau isu makna budaya dimana nilai dan makna yang terlekat di dalamnya masih tetap berarti.. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti anekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi keseniannya. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan pula bahwa berbagai kelompok masyarakat di Indonesia dapat mengembangkan keseniannya yang sangat khas. Kesenian yang dikembangkannya itu menjadi model-model pengetahuan dalam masyarakat.
Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat. Hanya dalam jangka waktu satu generasi banyak negara-negara berkembang telah berusaha melaksanakan perubahan kebudayaan, padahal di negara-negara maju perubahan demikian berlangsung selama beberapa generasi. Pada hakekatnya bangsa Indonesia, juga bangsa-bangsa lain, berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh luar

C. PERUBAHAN BUDAYA DALAM GLOBALISASI KESENIAN
Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salh satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air. Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita.
Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja. Ada berbagai kesenian yang masih menunjukkan eksistensinya, bahkan secara kreatif terus berkembang tanpa harus tertindas proses modernisasi. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya.
Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi. Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat. Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.

D. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP BUDAYA BANGSA
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia . Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri . Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Di Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari tor-tor dan tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi dan Taman Mini Indonesi Indah (TMII). Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi masyarakat sekitarnya.
Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion . Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia . Derasnya arus informasi, yang juga ditandai dengan hadirnya internet, turut serta `menyumbang` bagi perubahan cara berpakaian. Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend dilingkungan anak muda. Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan Barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di Barat merupakan suatu yang universal. Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan `baik`. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran.

E. CARA MENGANTISIPASI ADANYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN DAN TINDAKAN YANG MENDORONG TIMBULNYA GLOBALISASI KEBUDAYAAN
Peran kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-pertimbangan ekonomi daripada cultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul ‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan, penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks kultural. Dalam pengamatan yang lebih sempit dapat kita melihat tingkah laku aparat pemerintah dalam menangani perkembangan kesenian rakyat, di mana banyaknya campur tangan dalam menentukan objek dan berusaha merubah agar sesuai dengan tuntutan pembangunan.
Dalam kondisi seperti ini arti dari kesenian rakyat itu sendiri menjadi hambar dan tidak ada rasa seninya lagi. Melihat kecenderungan tersebut, aparat pemerintah telah menjadikan para seniman dipandang sebagai objek pembangunan dan diminta untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan simbol-simbol pembangunan. Hal ini tentu saja mengabaikan masalah pemeliharaan dan pengembangan kesenian secara murni, dalam arti benar-benar didukung oleh nilai seni yang mendalam dan bukan sekedar hanya dijadikan model saja dalam pembangunan. Dengan demikian, kesenian rakyat semakin lama tidak dapat mempunyai ruang yang cukup memadai untuk perkembangan secara alami atau natural, karena itu, secara tidak langsung kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model pembangunan yang cenderung lebih modern dan rasional. Sebagai contoh dari permasalahan ini dapat kita lihat, misalnya kesenian asli daerah Betawi yaitu, tari cokek, tari lenong, dan sebagainya sudah diatur dan disesuaikan oleh aparat pemerintah untuk memenuhi tuntutan dan tujuan kebijakan-kebijakan politik pemerintah.
Aparat pemerintah di sini turut mengatur secara normatif, sehingga kesenian Betawi tersebut tidak lagi terlihat keasliannya dan cenderung dapat membosankan. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan perkembangan yang murni bagi kesenian rakyat tersebut, maka pemerintah perlu mengembalikan fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom kesenian-kesenian tradisional tanpa harus turut campur dalam proses estetikanya. Memang diakui bahwa kesenian rakyat saat ini membutuhkan dana dan bantuan pemerintah sehingga sulit untuk menghindari keterlibatan pemerintah dan bagi para seniman rakyat ini merupakan sesuatu yang sulit pula membuat keputusan sendiri untuk sesuai dengan keaslian (oroginalitas) yang diinginkan para seniman rakyat tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus ‘melakoni’ dengan benar-benar peranannya sebagai pengayom yang melindungi keaslian dan perkembangan secara estetis kesenian rakyat tersebut tanpa harus merubah dan menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan politik. Globalisasi informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti saat ini adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan. Kita harus beradaptasi dengannya karena banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi komunikasi sebagai salah produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi terciptanya dialog dan demokratisasi budaya secara masal dan merata. Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya.
Kontak budaya melalui media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya ini. Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis. Globalisasi budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas kebudayaan nasional.

A. KESIMPULAN
Pengaruh globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia . Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru tentang kesatuan dunia. Radhakrishnan dalam bukunya Eastern Religion and Western Though (1924) menyatakan “untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan tidak pernah lagi terpisah.
Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak ada lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan kebudayaan asing. Apabila timur dan barat bersatu, masihkah ada ciri khas kebudayaan kita? Ataukah kita larut dalam budaya bangsa lain tanpa meninggalkan sedikitpun sistem nilai kita? Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Bagi masyarakat yang mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Karena sebenarnya seni itu indah dan mahal. Kesenian adalah kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya dan tidak dimiliki bangsa-bangsa asing. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda, yang merupakan pewaris budaya bangsa, hendaknya memelihara seni budaya kita demi masa depan anak cucu.

B. SARAN – SARAN
Dari hasil pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya pergeseran kebudayaan yaitu :
1. Pemerintah perlu mengkaji ulang perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa
2. Masyarakat perlu berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada umumnya
3. Para pelaku usaha media massa perlu mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya
4. Masyarakat perlu menyeleksi kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan dan berdampak negative. 5. Masyarakat harus berati-hati dalam meniru atau menerima kebudayaan baru, sehingga pengaruh globalisasi di negara kita tidak terlalu berpengaruh pada kebudayaan yang merupakan jati diri bangsa kita.


DAFTAR PUSTAKA
1. http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensi-kebudayaan-daerah/
2. http://achsinov.multiply.com/journal/item/17/Globalisasi_dan_Budaya_Lokal
3. Fuad Hassan. “Pokok-pokok Bahasan Mengenai Budaya Nusantara Indonesia”. Dalam http://kongres.budpar.go.id/news/article/Pokok_pokok_bahasan.htm, didownload 7/15/04.
4. Adeney, Bernard T. 1995. Etika Sosial Lintas Budaya. Yogyakarta: Kanisius. Al-Hadar Smith, “Syariah dan Tradisi Syi’ah Ternate”, dalam http://alhuda.or.id/rub_budaya.htm , didown load 7/15/04. 6. http://www.google=pengaruh globalisasi terhadap eksistensi kebudayaan daerah.com/
5. Sapardi Djoko Damono, Kebudayaan Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan Kecil dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997.
6. Kuntowijoyo, Budaya Elite dan Budaya Massa dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997.
7. Koenjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Jumat, 08 April 2011

PENGARUH IPTEK TERHADAP BUDAYA

Dalam konteks masa kini, kekayaan kebudayaan akan banyak berkaitan dengan produk-produk kebudayaan yang berkaitan 3 wujud kebudayaan yaitu pengetahuan budaya, perilaku budaya atau praktek-praktek budaya yang masih berlaku, dan produk fisik kebudayaan yang berwujud artefak atau banguna. Beberapa hal yang berkaitan dengan 3 wujud kebudayaan tersebut yang dapat dilihat adalah antara lain adalah produk kesenian dan sastra, tradisi, gaya hidup, sistem nilai, dan sistem kepercayaan. Keragaman budaya dalam konteks studi ini lebih banyak diartikan sebagai produk atau hasil kebudayaan yang ada pada kini. Dalam konteks masyarakat yang multikultur, keberadaan keragaman kebudayaan adalah suatu yang harus dijaga dan dihormati keberadaannya. Keragaman budaya adalah memotong perbedaan budaya dari kelompok-kelompok masyarakat yang hidup di Indonesia. Jika kita merujuk kepada konvensi UNESCO 2005 (Convention on The Protection and Promotion of The Diversity of Cultural Expressions) tentang keragaman budaya atau “cultural diversity”, cultural diversity diartikan sebagai kekayaan budaya yang dilihat sebagai cara yang ada dalam kebudayaan kelompok atau masyarakat untuk mengungkapkan ekspresinya.
Hal ini tidak hanya berkaitan dalam keragaman budaya yang menjadi kebudayaan latar belakangnya, namun juga variasi cara dalam penciptaan artistik, produksi, disseminasi, distribusi dan penghayatannya, apapun makna dan teknologi yang digunakannya. Atau diistilahkan oleh Unesco dalam dokumen konvensi UNESCO 2005 sebagai “Ekpresi budaya” (cultural expression). Isi dari keragaman budaya tersebut akan mengacu kepada makna simbolik, dimensi artistik, dan nilai-nilai budaya yang melatarbelakanginya. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun manusia tiudak bisa menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa teknologi mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia.
Perkembangan IPTEK, sangat banyak membantu manusia dalam kehidupannya sehari-hari, baik itu dari segi pendidikan, ekonomi, informasi dan komunikasi, politik dan lain sebagainya. Semua manfaat IPTEK tersebut dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Perkembangan IPTEK selalu seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia, semakin kompleks permasalahan yang dihadapi manusia dalam kehidupannya, maka perkembangan IPTEK pun akan semakin canggih, karena pada hakikatnya perkembangan IPTEK itu bertujuan untuk bagaimana membantu manusia mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Perkembangan IPTEK sangat pesat dan begitu cepatnya hal ini disebabkan karena adanya berbagai perkembangan atau dorongan yang ingin dipenuhi oleh manusia dalam kehidupan baik itu kebutuhan yang berhubungan dengan kebutuhan pribadi kelompok, maupun kebutuhan Negara dan bangsa secara umum.
Dengan ada iptek,maka kita bisa mengolah banyak sumber alam mentah tanpa dipantau pihak asing yang lebih senior.
penerapan Iptek dalam pembangunan telah meningkatkan kehidupan masyarakat dan memajukankehidupan bangsa dan negara di berbagai sektor. Namun harus disadari di balik semua itu adadampak-dampak negatifnya terhadap lingkungan hidup.
Beberapa pengaruhnya yaitu:
1.Perubahan Tata Nilai
2. Berbagai penemuan teknologi telah membawa perubahan yang begitu cepat dalam tata kehidupanmasyarakat.
Perubahan itu antara lain cara orang bekerja, gaya hidup, dan tata nilai masyarakat.Berbagai penemuan dan penerapan teknologi telah membuka fase industrialisasi. Teknologi danindustrialisasi cenderung mempercepat tempo kehidupan, pengangkutan serba cepat, dankomunikasi secepat kilat
2.Adanya Kesenjangan Sosial
Perkembangan industri dapat meningkatkan pendapatan dan membuka lapangan kerja. Tetapi jugamemunculkan kesenjangan sosial di masyarakat. Muncullah kelompok masyarakat pemilik modalyang kaya bahkan menjadi konglomerat, tetapi juga ada kelompok masyarakat yang tidak memilikiketrampilan. Mereka yang tidak menguasai teknologi akan semakin ketinggalan dan hidup miskin.Terjadilah jurang perbedaan yang begitu dalam antara si kaya dan si miskin. Hal ini dapat mendorongkecemburuan sosial dan kerawanan keamanan
3.merosot dan merusaknya lingkungan alam
4.kekhawatiran manusia terhadap persenjataan kimia dan nuklir
5.berkembangnya kenakalan remaja dan kriminalitas.
Jadi, jelas penerapan IPTEK memiliki banyak keuntungan, tetapi juga ada dampak negatif yang harus dicarijalan pemecahannya. Selain dampak positif, perkembangan sistem informasi, komunikasi, dantransportasi juga memiliki dampak yang negatif. Dengan adanya media informasi, komunikasi, dantransportasi ternyata telah membawa pengaruh nilai-nilai sosial budaya luar yang mulai menggeser budaya bangsa klasik yang adi luhung. Kehidupan individualistik mulai berkembang dan menggeser nilai-nilai kekerabatan dan gotong royong sebagian rakyat Indonesia

KEBERAGAMAN BUDAYA PADA JAMAN SEKARANG

KEBERAGAMAN BUDAYA PADA JAMAN SEKARANG
Indonesia sebagai negara kesatuan mempunyai banyak pulau – pulau sehingga dapat juga disebut negara kepulauan, bahkan kepulauan di Indonesia adalah merupakan suatu gagasan yang terpanjang dan terbesar di dunia. Selain itu negara indonesia sebagai negara suatu bangsa juga memiliki suku – suku bangsa, bahkan dalam satu pulau pun dapat terdiri dari beberapa suku bangsa. Di Indonesia ada ± 250 buah jenis bahasa daerah, daerah hukum adat, aneka raga hukum adat istiadat, dan kebiasaan. Segala macam bahasa daerah dan dialek itu sesngguhnyaberasal dari sumber yang sama yaitu bahasa dan budaya melayu austronia.
Menurut tingkat kemajuanya, ada kebudayaan primitif , berkembang dan kebudayaan maju. Menurut wilayah geografisnya ada kebudayaan agraris, kebudayaan pedalaman, kebudayaan pantai, kebudayaan nelayan, kebudayaan perdesaan, kebudayaan perkotaan, kebudayaan metropolitan. Menurut keelompok pendukungnya ada kebudayaan suku, kebudayaan puak, dan kebudayaan nasional. Menurut tinggkat kualitas ada kebudayaan tinggi, menengah dan rendah, primitif (bersahaja), berkembang maju (modern). Menrut pendukungnya ada kebudayaan pedagang, petani, intelektual. Menurut wujudnya ada kebudayaan fisik (material), kebudayaan spiritual (nonfisik). Kebudayaan tarsebut berbeda tingkat komplekasinya, berbeda kelompok pendukungnya, berbeda wilayah budayanya, berbeda bidang – bidang dan sebagainya, keberagaman kebudayaan tersebut terjadi karena di sebabkan oleh berbagai faktor – faktor.
Budaya asli suatu bangsa adalah suatu budaya yang terbentuk oleh jalannya sejarah dari keadaan sosial masyarakat, cara hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, perkembangan pola-pikir dan siklus alam bangsa itu sendiri. Maka dari itu budaya dan sejarah bangsa adalah satu kesatuan yang membentuk dan membuat perubahan-perubahan dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Seiring dengan jalannya sejarah bangsa Indonesia budaya dibagi menjadi tiga bagian yang disebut sebagai Budaya Sosial, Budaya Ekonomi, dan Budaya Seni. Ketiganya tersebut adalah dari satu kesatuan budaya yang satu sama lainnya tak dapat dipisahkan dan saling berkesinambungan. Menurut perkembangan proses paradigma berpikir sesuai cara hidup dan siklus alamnya Budaya Sosial, Budaya Ekonomi dan Budaya seni bangsa ini dipengaruhi oleh 3 (tiga) hubungan yang baik, “silaturahmi” yang baik yaitu :
1. Hubungan antara manusia dengan Tuhan
2. Hubungan antara manusia dengan manusia
3. Hubungan antara manusia dengan Alam atau Lingkungannya
Ketiga hubungan tersebutlah yang membuat perubahan-perubahan sejarah yang paling signifikan membentuk sebuah mental karakter dan pola-pikir budaya bangsa apapun dan terlebih-lebih lagi bangsa ini dimana yang sangat dekat dengan alam yang “Gemah Ripah Loh Jinawi” itu sendiri.

Cara berpikir kita bukanlah seperti orang barat yaitu menekankan pada daya kognitifnya semata-mata melainkan paradigma berpikir yang menyatu dengan rasa dalam rasa kesadaran akan 3 (Tiga) sialturahmi tersebut diatas, yang diejawantahkan sebagai “Karsa” diri dalam pengabdian dalam saling menjaga hubungan baik itu, maka kemudian berkembang untuk bisa men”Cipta”kan sesuatu yang bermanfaat untuk mengembangkan kehidupannya, sehingga menjadi “Karya” baktinya yang bukan hanya sekedar mendapatkan materi saja melainkan sebuah pengabdian kepada diri dan masyarakatnya terlebih lagi pada Negaranya. Zaman sekarang ini bangsa kita secara nasional mengalami degradasi moral yang signifikan, itu disebabkan oleh “pemerkosaan” terhadap system pendidikan dan pelatihan kerja bangsa kita, pemikiran-pemikiran kognitif barat diterapkan ke dalam system pendidikan dan pelatihan kerja tanpa adanya penyaringan-penyaringan budaya pola-pikir sehingga merusak tatanan budaya yang selama ini tertanam dengan subur di dalam hati sanubari bangsa ini. Paradigma berpikir kognitif barat menyebabkan perilaku yang “simplisistik instant” sehingga aspek-aspek dalam menjaga hubungan “silaturahmi” antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, antara manusia dengan manusia, dan antara manusia dengan alam menjadi “rusak”. Karena perilaku tersebut maka telah dikesampingkan kedudukan etiga hubungan yang baik itu dan kemudian hanyalah mengedepankan sisi jabatan, materi atau untung ruginya (ukuran lahir) saja, sehingga hubungan yang seharusnya berdasarkan kepada pengabdian dengan rasa cinta,kasih sayang, rasa persaudaraan, dan rasa perikemanusiaan (ukuran batin) kini telah dikalahkan oleh kepentingan jabatan,materi dan untung rugi belaka (ukuran lahir). Oleh karena perilaku yang simplisistik instan inilah yang melahirkan perilaku korupsi yang sangat menghancurkan bangsa ini!

Keragaman budaya bangsa harus terus dipertahankan untuk menghadapi berbagai tantangan budaya global karena keragaman itu menjadi modal untuk membangun kehidupan Indonesia yang lebih baik. "Untuk menghadapi masa depan dan budaya global, wajib kita memertahankan keragaman budaya," kata Dirjen Purbakala Depbudpar, Hari Utoro Drajat dalam sambutan tertulis dibacakan Direktur Sejarah dan Purbakala, Suroso pada perayaan Cap Go Meh di Magelang, Jumat malam.

Pada perayaan Cap Go Meh yang berlangsung di Kelenteng "Hok An Kiong" Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu ia mengatakan, keragaman budaya menjadi basis bagi upaya pengembangan kebudayaan bangsa dan pembangunan ekonomi secara kreatif.
Pada masa lalu, katanya, keragaman budaya antarbangsa telah mengkristal menjadi bangsa Indonesia. Perayaan Cap Go Meh yang berkembang di Indonesia pada saat ini sebagai salah satu bukti hasil hubungan antarbangsa pada masa lampau khususnya antara kebudayaan China dan Indonesia.Pada kesempatan itu ia menyebutkan berbagai bukti sejarah menyangkut hubungan harmonis kebudayaan Indonesia dan China sejak lebih dari dua ribu tahun lalu.
"Cap Go Meh contoh dari keragaman budaya yang semula asing namun kini telah melengkapi khasanah kebudayaan Indonesia, menjaga hubungan antarumat, suku, budaya, dan akulturasi budaya," katanya.

Sementara itu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Dinas Pariwisata DIY Tazbir menyatakan pentingnya pluralisme menjadi peluang untuk mengembangkan keragaman budaya melalui dialog dan interaksi."Banyak hal bisa digali dari pluralisme itu, untuk meningkatkan hubungan antarumat beragama dan cita-cita mewujudkan kemakmuran," katanya. Gubernur Jateng, Bibit Waluyo, dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Badan Koordinasi Pembangunan Wilayah Kedu dan Surakarta, Adi Sujono mengatakan, pluralisme harus dikelola secara baik sebagai pondasi kelanjutan pembangunan kehidupan masyarakat yang lebih baik pada masa mendatang.

Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda.

Kamis, 24 Februari 2011

Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Terhadap Budaya Bangsa

Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa. Pengaruh globalisasi dirasakan di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain-lain yang akan mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme bangsa.
Secara umum globalisasi dapat dikatakan suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Menurut Edison A. Jamli (Edison A. Jamli dkk, Kewarganegaraan, 2005), globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. Dengan kata lain proses globalisasi akan berdampak melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan.
Sebagai sebuah proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi, dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan dimensi waktu. Dimensi ruang yang dapat diartikan jarak semakin dekat atau dipersempit sedangkan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Hal ini tentunya tidak terlepas dari dukungan pesatnya laju perkembangan teknologi yang semakin canggih khususnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) adalah pendukung utama bagi terselenggaranya globalisasi. Dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi, informasi dalam bentuk apapun dan untuk berbagai kepentingan, dapat disebarluaskan dengan mudah sehingga dapat dengan cepat mempengaruhi cara pandang dan gaya hidup hingga budaya suatu bangsa. Kecepatan arus informasi yang dengan cepat membanjiri kita seolah-olah tidak memberikan kesempatan kepada kita untuk menyerapnya dengan filter mental dan sikap kritis. Makin canggih dukungan teknologi tersebut, makin besar pula arus informasi dapat dialirkan dengan jangkauan dan dampak global. Oleh karena itu selama ini dikenal asas “kebebasan arus informasi” berupa proses dua arah yang cukup berimbang yang dapat saling memberikan pengaruh satu sama lain.
Namun perlu diingat, pengaruh globalisasi dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif yang dapat dirasakan dengan adanya TIK adalah peningkatan kecepatan, ketepatan, akurasi dan kemudahan yang memberikan efisiensi dalam berbagai bidang khususnya dalam masalah waktu, tenaga dan biaya. Sebagai contoh manifestasi TIK yang mudah dilihat di sekitar kita adalah pengiriman surat hanya memerlukan waktu singkat, karena kehadiran surat elektronis (email), ketelitian hasil perhitungan dapat ditingkatkan dengan adanya komputasi numeris, pengelolaan data dalam jumlah besar juga bisa dilakukan dengan mudah yaitu dengan basis data (database), dan masih banyak lagi.
Sedangkan pengaruh negatif yang bisa muncul karena adanya TIK, misalnya dari globalisasi aspek ekonomi, terbukanya pasar bebas memungkinkan produk luar negeri masuk dengan mudahnya. Dengan banyaknya produk luar negeri dan ditambahnya harga yang relatif lebih murah dapat mengurangi rasa kecintaan masyarakat terhadap produk dalam negeri. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

Kebudayaan Melayu dalam Perspektif Sejarah Nasional

Kebudayaan Melayu dalam Perspektif Sejarah Nasional

Kebudayaan Melayu ternyata menjadi payung persatuan suku. Hal ini terjadi di Provinsi Riau. Meski kini telah terbagi wilayahnya dengan lahirnya Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), kerukunan etnis terpelihara dengan baik.
Orang-orang asing menyebut Riau sebagai "the most rich province in Indonesia". Predikat tersebut nampak berlebihan, meski ada benarnya. Hasil minyak buminya lebih dari 650.000 barel sehari. Bisa dibayangkan, berapa banyak devisa yang disumbang ke pusat dan kemudian di bagi-bagi ke provinsi lain.
Sumber daya alamnya juga mengandung timah, bauksit, batu bara,granit, emas dan berbagai produk lainnya yang bernilai tinggi. Sedangkan hasil hutannya juga luar biasa. Baik berupa kayu gergajian, "plywood", "pulp" dan beragam produk lainnya. Sebagian besar wilayah Provinsi Riau terdiri dari hutan dan perkebunan. Sejak lama Riau menjadi ajang lalu lintas berbagai suku dan bangsa. Bahkan di abad 15 berfungsi menjadi tempat persinggahan bangsa-bangsa Portugis, Belanda, Inggris, Arab, Cina dan India.
Keunikan lainnya yang menonjol masyarakatnya majemuk. Hampir berbagai suku di Indonesia ada di Riau. Termasuk di Provinsi Kepri yang secara administratif sudah berpisah. Akan tetapi secara kultural dan ekonomi tetap menjadi satu."Kita hidup sejak lama dalam kebudayaan yang sama, bersatu dengan etnik lain dan membangun masyarakat multirasial," kata salah seorang pemerhati budaya Melayu, Huzrin Hood.
Karena itu, jangan heran suasana majemuk mewarnai kehidupan di Riau. Ada beberapa suku yang hidup, misalnya Melayu,Minangkabau, Bugis, Batak, Jawa,Flores, Banjar,Minahasa dan Buton.
Gubernur Riau HM Rusli Zainal sering mengatakan, kebudayaan yang pluralistik ini tak ubahnya seperti "miniatur Indonesia". "Kehidupan antara satu suku dengan lainnya berlangsung baik," ujarnya. Meski kadang kala ada gesekan, sifatnya hanya pribadi dan dalam skala kecil.
Itulah sebabnya dalam beberapa kali Pemilihan Umum(Pemilu), kondisi keamanan di Riau aman. Walau Riau juga merupakan lintasan kegiatan kelompok destruktif. Tetapi tidak menggoyahkan sendi persatuan "bhineka tunggal ika".
Kebudayaan Melayu berfungsi sebagai payung dalam kemajemukan suku. Menurut budayawan Riau yang menadapat gelar DR Honoris Causa di Malaysia, Tenas Effendy, masyarakat Riau selalu terbuka dan toleran terhadap suku lain.
"Komunitas tempatan tidak suka berselisih dengan etnik lain, selama menjaga kehormatan dan tata susila masing-masing," tuturnya kepada penulis sewaktu berada di Melaka, Malaysia baru-baru ini.
Sejak abad 15 sampai dengan abad 21, alam Riau bersifat terbuka. Artinya tidak tabu terhadap masuknya suku-suku lain.Namun yang harus dipelihara adalah kerukunan dengan tidak membangkitkan sentimen suku dan agama. Hal ini terbukti dengan kebebasan suku-suku lain melakukan tradisi sehari-hari.
Orang Jawa boleh main ketoprak sampai pagi. Masyarakat Batam tidak dilarang menari "Manotor". Orang Minangkabau tidak mengalami hambatan dengan suguhan tari dan nyanyi. Bahkan suku Banjar sekali-kali memainkan teater tradisional bernama "Mamanda", yang penuh dengan kias dan lambang.
Kebesaran suku Melayu tidak lepas dari pengaruh masa lampau, Kesultanan Lingga, Siak dan Indragiri. Sebab wilayah kekuasaan para sultan yang pernah memerintah Kepulauan Riau meliputi pula Singapura dan Malaysia.
Keadaan ini menjadikan adanya hubungan timbal balik dengan kedua negeri jiran tersebut.Arus kebudayaan Melayu bersifat universal. Baik di lingkungan kesultanan yang ada di Riau maupun dengan Singapura dan Malaysia, yang berfungsi sebagai perekat persatuan.
Kedekatan hubungan sesama rumpun Melayu juga tertumpu, karena kesamaan tradisi dan kedekatan geografis. "Hal inilah yang membuat Riau benar-benar terbuka bagi siapa saja," kata Tenas Effendy.Bahkan jika dibuat garis lurus sepanjang pantai timur dan gugusan kepulauannya, terdapat 232 desa yang berhadapan langsung dengan negeri jiran tersebut.
Yang tidak kalah pentingnya, bahasa Melayu merupakan "lingua franca". Sehingga bukan saja komunitas dari Singapura dan Malaysia yang menggunakannya, tetapi juga suku-suku lain di Indonesia.
Menurut Sutan Takdir Alisjahbana, di saat masing-masing daerah di Indonesia teguh mempertahankan bahasanya sendiri, ternyata bahasa Melayu bisa diterima sebagai instrument komunikasi. Sehingga para pedagang dari luar, dapat bergasul dan bertutur kata tanpa mengalmi kesulitan dengan penduduk setempat.
Dalam perspektif sejarah nasional, bahasa Melayu mampu mempersatukan berbagai suku di Indonesia. Padahal jika dilihat dari jumlahnya, sangat sedikit dibandingkan dengan suku Jawa yang paling besar.
Ada kemudahan-kemudahan dalam bertutur kata dan kalimat, yang tidak dimiliki suku-suku lain. Sehingga dalam berkomunikasi lebih lancar. Bahkan akhirnya semua suku yang jumlahnya besar mengakui bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.
"Sumbangan terbesar Riau bagi Indonesia tidak semata-mata karena minyak buminya. Tetapi ada fakta sejarah lahirnya bahasa Indonesia yang bermula dari Riau. Sehingga mampu mempersatukan semua suku," kata Rusli Zainal.

28 Negara
Kekuatan bahasa Melayu dalam mempersatukan suku-suku dan wilayah yang terpisah-pisah di Indonesia, ternyata telah menyebar pula ke sejumlah negara. Terbukti ada manuskrip dan tulisan tangan berupa karangan yang
menyebar di 28 negara.
Dari catatan sejarah dapat diketahui, nama-nama negara yang memiliki naskah tersebut,antara lain Afrika Selatan, Amerika Serikat, Australia, Austria, Belanda, Inggris, Prancis, Belgia, Spanyol, Swedia dan Swiss.
Jika dikaji dalam perpektif sejarah nasional, jelas peranan kebudayaan Melayu melalui bahasa tidak kecil. Sehingga bukan hanya di Indonesia saja, bahasa Melayu berfungsi sebagai "lingua franca". Karena selain di Singapura dan Malaysia, komunitas Melayu terdapat pula di Bruneis Darussalam,Filipina Selatan, Sri Lanka, Madagaskar, Afrika Selatan dll.
Dengan demikian, sebenarnya posisi Riau dalam peta geopolitik dan sosial cukup memainkan peranan penting. Paling ada sekitar 400 juta pemakai bahasa Melayu yang berasal dari Riau. Artinya kekuatan kebudayaan Melayu cukup kukuh.
Namun persoalannya, modal besar yang dimiliki komunitas Melayu seharusnya diikuti dengan melakukan modernisasi bahasa. Sehingga suatu saat bahasa Melayu bisa menjadi bahasa internasional.
Meski sebagai perbandingan, bahasa Inggris menjadi bahasa internasional juga memakan waktu lama. Tetapi dengan perlahan-lahan, akhirnya dunia mengakui bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa internasional.
Dilihat dari pesrpektif sejarah internasional, posisi bahasa Melayu sebagai produk budaya hendaknya bukan sekedar alat pemersatu semata. Karena bahasa Melayu harus bisa pula menjadi bahasa ilmu pengetahuan, politik,sosial dan ekonomi.
Komunitas pemakai bahasa Melayu sebenarnya cukup besar. Akan tetapi potensi itu, tidak dimanfaatkan secara lebih unggul.