Jumat, 08 April 2011

KEBERAGAMAN BUDAYA PADA JAMAN SEKARANG

KEBERAGAMAN BUDAYA PADA JAMAN SEKARANG
Indonesia sebagai negara kesatuan mempunyai banyak pulau – pulau sehingga dapat juga disebut negara kepulauan, bahkan kepulauan di Indonesia adalah merupakan suatu gagasan yang terpanjang dan terbesar di dunia. Selain itu negara indonesia sebagai negara suatu bangsa juga memiliki suku – suku bangsa, bahkan dalam satu pulau pun dapat terdiri dari beberapa suku bangsa. Di Indonesia ada ± 250 buah jenis bahasa daerah, daerah hukum adat, aneka raga hukum adat istiadat, dan kebiasaan. Segala macam bahasa daerah dan dialek itu sesngguhnyaberasal dari sumber yang sama yaitu bahasa dan budaya melayu austronia.
Menurut tingkat kemajuanya, ada kebudayaan primitif , berkembang dan kebudayaan maju. Menurut wilayah geografisnya ada kebudayaan agraris, kebudayaan pedalaman, kebudayaan pantai, kebudayaan nelayan, kebudayaan perdesaan, kebudayaan perkotaan, kebudayaan metropolitan. Menurut keelompok pendukungnya ada kebudayaan suku, kebudayaan puak, dan kebudayaan nasional. Menurut tinggkat kualitas ada kebudayaan tinggi, menengah dan rendah, primitif (bersahaja), berkembang maju (modern). Menrut pendukungnya ada kebudayaan pedagang, petani, intelektual. Menurut wujudnya ada kebudayaan fisik (material), kebudayaan spiritual (nonfisik). Kebudayaan tarsebut berbeda tingkat komplekasinya, berbeda kelompok pendukungnya, berbeda wilayah budayanya, berbeda bidang – bidang dan sebagainya, keberagaman kebudayaan tersebut terjadi karena di sebabkan oleh berbagai faktor – faktor.
Budaya asli suatu bangsa adalah suatu budaya yang terbentuk oleh jalannya sejarah dari keadaan sosial masyarakat, cara hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, perkembangan pola-pikir dan siklus alam bangsa itu sendiri. Maka dari itu budaya dan sejarah bangsa adalah satu kesatuan yang membentuk dan membuat perubahan-perubahan dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Seiring dengan jalannya sejarah bangsa Indonesia budaya dibagi menjadi tiga bagian yang disebut sebagai Budaya Sosial, Budaya Ekonomi, dan Budaya Seni. Ketiganya tersebut adalah dari satu kesatuan budaya yang satu sama lainnya tak dapat dipisahkan dan saling berkesinambungan. Menurut perkembangan proses paradigma berpikir sesuai cara hidup dan siklus alamnya Budaya Sosial, Budaya Ekonomi dan Budaya seni bangsa ini dipengaruhi oleh 3 (tiga) hubungan yang baik, “silaturahmi” yang baik yaitu :
1. Hubungan antara manusia dengan Tuhan
2. Hubungan antara manusia dengan manusia
3. Hubungan antara manusia dengan Alam atau Lingkungannya
Ketiga hubungan tersebutlah yang membuat perubahan-perubahan sejarah yang paling signifikan membentuk sebuah mental karakter dan pola-pikir budaya bangsa apapun dan terlebih-lebih lagi bangsa ini dimana yang sangat dekat dengan alam yang “Gemah Ripah Loh Jinawi” itu sendiri.

Cara berpikir kita bukanlah seperti orang barat yaitu menekankan pada daya kognitifnya semata-mata melainkan paradigma berpikir yang menyatu dengan rasa dalam rasa kesadaran akan 3 (Tiga) sialturahmi tersebut diatas, yang diejawantahkan sebagai “Karsa” diri dalam pengabdian dalam saling menjaga hubungan baik itu, maka kemudian berkembang untuk bisa men”Cipta”kan sesuatu yang bermanfaat untuk mengembangkan kehidupannya, sehingga menjadi “Karya” baktinya yang bukan hanya sekedar mendapatkan materi saja melainkan sebuah pengabdian kepada diri dan masyarakatnya terlebih lagi pada Negaranya. Zaman sekarang ini bangsa kita secara nasional mengalami degradasi moral yang signifikan, itu disebabkan oleh “pemerkosaan” terhadap system pendidikan dan pelatihan kerja bangsa kita, pemikiran-pemikiran kognitif barat diterapkan ke dalam system pendidikan dan pelatihan kerja tanpa adanya penyaringan-penyaringan budaya pola-pikir sehingga merusak tatanan budaya yang selama ini tertanam dengan subur di dalam hati sanubari bangsa ini. Paradigma berpikir kognitif barat menyebabkan perilaku yang “simplisistik instant” sehingga aspek-aspek dalam menjaga hubungan “silaturahmi” antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, antara manusia dengan manusia, dan antara manusia dengan alam menjadi “rusak”. Karena perilaku tersebut maka telah dikesampingkan kedudukan etiga hubungan yang baik itu dan kemudian hanyalah mengedepankan sisi jabatan, materi atau untung ruginya (ukuran lahir) saja, sehingga hubungan yang seharusnya berdasarkan kepada pengabdian dengan rasa cinta,kasih sayang, rasa persaudaraan, dan rasa perikemanusiaan (ukuran batin) kini telah dikalahkan oleh kepentingan jabatan,materi dan untung rugi belaka (ukuran lahir). Oleh karena perilaku yang simplisistik instan inilah yang melahirkan perilaku korupsi yang sangat menghancurkan bangsa ini!

Keragaman budaya bangsa harus terus dipertahankan untuk menghadapi berbagai tantangan budaya global karena keragaman itu menjadi modal untuk membangun kehidupan Indonesia yang lebih baik. "Untuk menghadapi masa depan dan budaya global, wajib kita memertahankan keragaman budaya," kata Dirjen Purbakala Depbudpar, Hari Utoro Drajat dalam sambutan tertulis dibacakan Direktur Sejarah dan Purbakala, Suroso pada perayaan Cap Go Meh di Magelang, Jumat malam.

Pada perayaan Cap Go Meh yang berlangsung di Kelenteng "Hok An Kiong" Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu ia mengatakan, keragaman budaya menjadi basis bagi upaya pengembangan kebudayaan bangsa dan pembangunan ekonomi secara kreatif.
Pada masa lalu, katanya, keragaman budaya antarbangsa telah mengkristal menjadi bangsa Indonesia. Perayaan Cap Go Meh yang berkembang di Indonesia pada saat ini sebagai salah satu bukti hasil hubungan antarbangsa pada masa lampau khususnya antara kebudayaan China dan Indonesia.Pada kesempatan itu ia menyebutkan berbagai bukti sejarah menyangkut hubungan harmonis kebudayaan Indonesia dan China sejak lebih dari dua ribu tahun lalu.
"Cap Go Meh contoh dari keragaman budaya yang semula asing namun kini telah melengkapi khasanah kebudayaan Indonesia, menjaga hubungan antarumat, suku, budaya, dan akulturasi budaya," katanya.

Sementara itu, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Dinas Pariwisata DIY Tazbir menyatakan pentingnya pluralisme menjadi peluang untuk mengembangkan keragaman budaya melalui dialog dan interaksi."Banyak hal bisa digali dari pluralisme itu, untuk meningkatkan hubungan antarumat beragama dan cita-cita mewujudkan kemakmuran," katanya. Gubernur Jateng, Bibit Waluyo, dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Badan Koordinasi Pembangunan Wilayah Kedu dan Surakarta, Adi Sujono mengatakan, pluralisme harus dikelola secara baik sebagai pondasi kelanjutan pembangunan kehidupan masyarakat yang lebih baik pada masa mendatang.

Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar