PENDAHULUAN
Komunikasi asertif adalah ketika kita dengan tegas dan
positif mengekspresikan diri kita. Tanpa maksud mengalah dan juga menyerang
orang lain. Apa kah kita harus merasa tertekan saat menyampaikan isi hati kita?
Misalnya dalam situasi, seseorang meminjam barang atau uang Anda, dia janji
mengembalikannnya katakanlah dalam waktu dua minggu. Ternyata setelah dua
minggu bahkan 3 minggu dia belum mengembalikannya. Apakah kita diam, dan
berharap dia ingat dan mengembalikannya? Bagaimana kalau dia tidak ingat-ingat
terus? Dan kita pun tetap diam. Jangan-jangan kita mengumpat dia dalam hati,
akhirnya kita menjadi tersiksa. Tentu langkah yang paling sehat adalah dengan
langsung berkata kepada dia, “saya saat ini membutuhkan buku/uang yang Anda
pinjam dua minggu yang lalu”. Lalu dengarkan responnya
Banyak orang cenderung mengikuti keinginan orang banyak,
entah itu temannya atau apa yang dilihatnya di mass media. Hanya jika seseorang
jelas akan apa yang diinginkan atau dirasakan, dan mengapa memilih sebuah
keputusan atau tindakan, orang tersebut dapat melakukan apa yang sungguh
diinginkan tanpa menyakiti orang lain. Asertif biasanya membuka
komunikasi.
ISI
Ciri-Ciri
Asertif dan Sikap Assertivitas
Sesorang
dikatakan mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata
maupun tindakan.
.
Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
3.
Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan
baik.
.
Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat
orang lain, atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat
negatif.
5.
Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika
membutuhkan.
6.
Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang
tidak menyenangkan dengan cara yang tepat.
7.
Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8.
Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap
berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik
berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki harga diri dan kepercayaan diri .
Tips Praktis
Prinsip Dasar Sikap Asertif/lugas
1.
Dasar berkomunikasi adalah menjalin hubungan, bukan hanya jangka
pendek, namun jangka panjang.
2.
Komunikasi yang asertif mensyaratkan adanya rasa ”turut
merasakan” perasaan lawan bicara atau empati. Empati berbeda dengan simpati,
yang lebih pada tingkat suka atau tidak suka.
3.
Kita harus menghargai lawan bicara dalam berkomunikasi (Apreciation).
4.
Mengajukan permintaan atau meminta sesuatu dengan lugas (Asking ).
5.
Percaya diri untuk menunjang sukses berkomunikasi (Self
Confidence)
6.
Memberikan kritik, saran atau pendapat secara lugas (Advocacy).
7.
Menjadi asertif adalah bukti bahwa kita memiliki orientasi pada
hasil serta menunjukkan kesehatan mental di mana kita mampu menghargai diri
sendiri (perasaan, dan tindakan) dan juga orang lain.
Seseorang
dikatakan asertif hanya jika dirinya mampu bersikap tulus dan jujur dalam
mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangannya pada pihak lain sehingga
tidak merugikan atau mengancam integritas pihak lain. Sedangkan dalam agresif,
ekspresi yang dikemukakan justru terkesan melecehkan, menghina, menyakiti,
merendahkan dan bahkan menguasai pihak lain sehingga tidak ada rasa saling
menghargai dalam interaksi atau komunikasi tersebut.
Sikap atau pun perilaku agresif cenderung akan merugikan pihak lain karena
seringkali bentuknya seperti mempersalahkan, mempermalukan, menyerang (secara
verbal atau pun fisik), marah-marah, menuntut, mengancam, sarkase (misalnya
kritikan dan komentar yang tidak enak didengar), sindiran ataupun sengaja
menyebarkan gosip.
Seseorang
dikatakan bersikap non-asertif, jika ia gagal mengekspresikan perasaan, pikiran
dan pandangan/keyakinannya; atau jika orang tersebut mengekspresikannya
sedemikian rupa hingga orang lain malah memberikan respon yang tidak
dikehendaki atau negatif.Kebanyakan orang enggan bersikap asertif karena dalam dirinya ada rasa takut
mengecewakan orang lain, takut jika akhirnya dirinya tidak lagi disukai ataupun
diterima. Selain itu alasan “untuk mempertahankan kelangsungan hubungan” juga
sering menjadi alasan karena salah satu pihak tidak ingin membuat pihak lain
sakit hati. Padahal, dengan membiarkan diri untuk bersikap non-asertif
(memendam perasaan, perbedaan pendapat), justru akan mengancam hubungan yang
ada karena salah satu pihak kemudian akan merasa dimanfaatkan oleh pihak lain.
Di bawah ini ada
beberapa pertanyaan yang bisa Anda tanyakan pada diri Anda sendiri yang dapat
menjadi indikator asertivitas.
a. Apakah Anda terbiasa mengekspresikan secara jelas perasaan atau pandangan
Anda pada orang lain ?
b. Apakah Anda meminta tolong pada orang lain pada saat Anda memang membutuhkan
pertolongan ?
c. Apakah Anda mampu mengekspresikan kemarahan atau pun rasa tidak enak Anda
secara proporsional pada pihak lain yang telah membuat Anda merasa sakit hati ?
d. Apakah Anda suka bertanya pada orang lain pada saat menghadapi kebingungan ?
e. Apakah Anda mampu memberikan pandangan secara terbuka saat Anda merasa tidak
sepaham dengan pendapat orang lain ?
f. Apakah Anda sering berbicara di depan kelas/umum ?
g. Apakah Anda mampu untuk berkata “tidak” pada saat Anda tidak ingin melakukan
pekerjaan tersebut ?
h. Apakah Anda berbicara dengan sikap percaya diri, serta berkomunikasi secara
hangat ?
i. Apakah Anda memandang wajah lawan bicara Anda pada saat Anda berbicara dengannya
?
Tips untuk
bersikap assertif
Tips untuk mampu mengatakan “tidak” terhadap permintaan yang tidak diinginkan
1. Tentukan sikap yang pasti, apakah Anda ingin menyetujui atau tidak. Jika
Anda belum yakin dengan pilihan Anda, maka Anda bisa minta kesempatan berpikir
sampai mendapatkan kepastian. Jika Anda sudah merasa yakin dan pasti akan
pilihan Anda sendiri, maka akan lebih mudah menyatakannya dan Anda juga merasa
lebih percaya diri.
2. Jika belum jelas dengan apa yang dimintakan pada Anda, bertanyalah untuk
mendapatkan kejelasan atau klarifikasi.
3. Berikan penjelasan atas penolakan Anda secara singkat, jelas, dan logis.
Penjelasan yang panjang lebar hanya akan mengundang argumentasi pihak lain.
4. Gunakan
kata-kata yang tegas, seperti secara langsung mengatakan “tidak” untuk
penolakan, dari pada “sepertinya saya kurang setuju..sepertinya saya kurang
sependapat…saya kurang bisa…..”
5. Pastikan pula,
bahwa sikap tubuh Anda juga mengekspresikan atau mencerminkan “bahasa” yang
sama dengan pikiran dan verbalisasi Anda…Seringkali orang tanpa sadar menolak
permintaan orang lain namun dengan sikap yang bertolak belakang, seperti
tertawa-tawa dan tersenyum.
6. Gunakan
kata-kata “Saya tidak akan….” atau “Saya sudah memutuskan untuk…..” dari pada
“Saya sulit….”. Karena kata-kata “saya sudah memutuskan untuk….” lebih
menunjukkan sikap tegas atas sikap yang Anda tunjukkan.
7. Jika Anda
berhadapan dengan seseorang yang terus menerus mendesak Anda padahal Anda juga
sudah berulang kali menolak, maka alternatif sikap atau tindakan yang dapat
Anda lakukan : mendiamkan, mengalihkan pembicaraan, atau bahkan menghentikan
percakapan.
8. Anda tidak
perlu meminta maaf atas penolakan yang Anda sampaikan (karena Anda berpikir hal
itu akan menyakiti atau tidak mengenakkan buat orang lain)…Sebenarnya, akan
lebih baik Anda katakan dengan penuh empati seperti : “ saya mengerti bahwa
berita ini tidak menyenangkan bagimu…..tapi secara terus terang saya sudah
memutuskan untuk …”
9. Janganlah
mudah merasa bersalah ! Anda tidak bertanggung jawab atas kehidupan orang
lain…atau atas kebahagiaan orang lain, bukan…..
10. Anda bisa
bernegosiasi dengan pihak lain agar kedua belah pihak mendapatkan jalan
tengahnya, tanpa harus mengorbankan perasaan, keinginan dan kepentingan
masing-masing
PENUTUP
Jadi, Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut
untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan,
pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk
memanipulasi, memanfaatkan atau pun merugikan pihak lainnya.