Rabu, 10 Oktober 2012

Bicara yang Arsetif

PENDAHULUAN
Komunikasi asertif adalah ketika kita dengan tegas dan positif mengekspresikan diri kita. Tanpa maksud mengalah dan juga menyerang orang lain. Apa kah kita harus merasa tertekan saat menyampaikan isi hati kita? Misalnya dalam situasi, seseorang meminjam barang atau uang Anda, dia janji mengembalikannnya katakanlah dalam waktu dua minggu. Ternyata setelah dua minggu bahkan 3 minggu dia belum mengembalikannya. Apakah kita diam, dan berharap dia ingat dan mengembalikannya? Bagaimana kalau dia tidak ingat-ingat terus? Dan kita pun tetap diam. Jangan-jangan kita mengumpat dia dalam hati, akhirnya kita menjadi tersiksa. Tentu langkah yang paling sehat adalah dengan langsung berkata kepada dia, “saya saat ini membutuhkan buku/uang yang Anda pinjam dua minggu yang lalu”. Lalu dengarkan responnya

Banyak orang cenderung mengikuti keinginan orang banyak, entah itu temannya atau apa yang dilihatnya di mass media. Hanya jika seseorang jelas akan apa yang diinginkan atau dirasakan, dan mengapa memilih sebuah keputusan atau tindakan, orang tersebut dapat melakukan apa yang sungguh diinginkan tanpa menyakiti orang lain. Asertif biasanya membuka komunikasi.


ISI

Ciri-Ciri Asertif dan Sikap Assertivitas
Sesorang dikatakan mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.     Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan.
.     Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
3.     Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.
 .     Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.
5.     Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.
6.     Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak  menyenangkan dengan cara yang tepat.
7.     Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8.     Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan tetap memiliki harga diri dan kepercayaan diri .

Tips Praktis
Prinsip Dasar Sikap Asertif/lugas

1.     Dasar berkomunikasi adalah menjalin hubungan, bukan hanya jangka pendek, namun  jangka panjang.
2.     Komunikasi yang asertif mensyaratkan adanya rasa ”turut merasakan” perasaan lawan bicara atau empati.  Empati berbeda dengan simpati, yang lebih pada tingkat suka atau tidak suka.
3.    Kita harus menghargai lawan bicara dalam berkomunikasi (Apreciation).
4.    Mengajukan permintaan atau meminta sesuatu dengan lugas (Asking ).
5.    Percaya diri untuk menunjang sukses berkomunikasi  (Self Confidence)
6.    Memberikan kritik, saran atau pendapat secara lugas (Advocacy).
7.    Menjadi asertif adalah bukti bahwa kita memiliki orientasi pada hasil serta menunjukkan kesehatan mental di mana kita mampu menghargai diri sendiri (perasaan, dan tindakan) dan juga orang lain.

Seseorang dikatakan asertif hanya jika dirinya mampu bersikap tulus dan jujur dalam mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangannya pada pihak lain sehingga tidak merugikan atau mengancam integritas pihak lain. Sedangkan dalam agresif, ekspresi yang dikemukakan justru terkesan melecehkan, menghina, menyakiti, merendahkan dan bahkan menguasai pihak lain sehingga tidak ada rasa saling menghargai dalam interaksi atau komunikasi tersebut.
Sikap atau pun perilaku agresif cenderung akan merugikan pihak lain karena seringkali bentuknya seperti mempersalahkan, mempermalukan, menyerang (secara verbal atau pun fisik), marah-marah, menuntut, mengancam, sarkase (misalnya kritikan dan komentar yang tidak enak didengar), sindiran ataupun sengaja menyebarkan gosip.

Seseorang dikatakan bersikap non-asertif, jika ia gagal mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangan/keyakinannya; atau jika orang tersebut mengekspresikannya sedemikian rupa hingga orang lain malah memberikan respon yang tidak dikehendaki atau negatif.Kebanyakan orang enggan bersikap asertif karena dalam dirinya ada rasa takut mengecewakan orang lain, takut jika akhirnya dirinya tidak lagi disukai ataupun diterima. Selain itu alasan “untuk mempertahankan kelangsungan hubungan” juga sering menjadi alasan karena salah satu pihak tidak ingin membuat pihak lain sakit hati. Padahal, dengan membiarkan diri untuk bersikap non-asertif (memendam perasaan, perbedaan pendapat), justru akan mengancam hubungan yang ada karena salah satu pihak kemudian akan merasa dimanfaatkan oleh pihak lain.

Di bawah ini ada beberapa pertanyaan yang bisa Anda tanyakan pada diri Anda sendiri yang dapat menjadi indikator asertivitas.

a. Apakah Anda terbiasa mengekspresikan secara jelas perasaan atau pandangan Anda pada orang lain ?

b. Apakah Anda meminta tolong pada orang lain pada saat Anda memang membutuhkan pertolongan ?

c. Apakah Anda mampu mengekspresikan kemarahan atau pun rasa tidak enak Anda secara proporsional pada pihak lain yang telah membuat Anda merasa sakit hati ?

d. Apakah Anda suka bertanya pada orang lain pada saat menghadapi kebingungan ?

e. Apakah Anda mampu memberikan pandangan secara terbuka saat Anda merasa tidak sepaham dengan pendapat orang lain ?

f. Apakah Anda sering berbicara di depan kelas/umum ?

g. Apakah Anda mampu untuk berkata “tidak” pada saat Anda tidak ingin melakukan pekerjaan tersebut ?

h. Apakah Anda berbicara dengan sikap percaya diri, serta berkomunikasi secara hangat ?

i. Apakah Anda memandang wajah lawan bicara Anda pada saat Anda berbicara dengannya ?

Tips untuk bersikap assertif

Tips untuk mampu mengatakan “tidak” terhadap permintaan yang tidak diinginkan

1. Tentukan sikap yang pasti, apakah Anda ingin menyetujui atau tidak. Jika Anda belum yakin dengan pilihan Anda, maka Anda bisa minta kesempatan berpikir sampai mendapatkan kepastian. Jika Anda sudah merasa yakin dan pasti akan pilihan Anda sendiri, maka akan lebih mudah menyatakannya dan Anda juga merasa lebih percaya diri.

2. Jika belum jelas dengan apa yang dimintakan pada Anda, bertanyalah untuk mendapatkan kejelasan atau klarifikasi.

3. Berikan penjelasan atas penolakan Anda secara singkat, jelas, dan logis. Penjelasan yang panjang lebar hanya akan mengundang argumentasi pihak lain.

4. Gunakan kata-kata yang tegas, seperti secara langsung mengatakan “tidak” untuk penolakan, dari pada “sepertinya saya kurang setuju..sepertinya saya kurang sependapat…saya kurang bisa…..”

5. Pastikan pula, bahwa sikap tubuh Anda juga mengekspresikan atau mencerminkan “bahasa” yang sama dengan pikiran dan verbalisasi Anda…Seringkali orang tanpa sadar menolak permintaan orang lain namun dengan sikap yang bertolak belakang, seperti tertawa-tawa dan tersenyum.

6. Gunakan kata-kata “Saya tidak akan….” atau “Saya sudah memutuskan untuk…..” dari pada “Saya sulit….”. Karena kata-kata “saya sudah memutuskan untuk….” lebih menunjukkan sikap tegas atas sikap yang Anda tunjukkan.

7. Jika Anda berhadapan dengan seseorang yang terus menerus mendesak Anda padahal Anda juga sudah berulang kali menolak, maka alternatif sikap atau tindakan yang dapat Anda lakukan : mendiamkan, mengalihkan pembicaraan, atau bahkan menghentikan percakapan.

8. Anda tidak perlu meminta maaf atas penolakan yang Anda sampaikan (karena Anda berpikir hal itu akan menyakiti atau tidak mengenakkan buat orang lain)…Sebenarnya, akan lebih baik Anda katakan dengan penuh empati seperti : “ saya mengerti bahwa berita ini tidak menyenangkan bagimu…..tapi secara terus terang saya sudah memutuskan untuk …”

9. Janganlah mudah merasa bersalah ! Anda tidak bertanggung jawab atas kehidupan orang lain…atau atas kebahagiaan orang lain, bukan…..

10. Anda bisa bernegosiasi dengan pihak lain agar kedua belah pihak mendapatkan jalan tengahnya, tanpa harus mengorbankan perasaan, keinginan dan kepentingan masing-masing



PENUTUP

Jadi, Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan atau pun merugikan pihak lainnya.